Monday, June 25, 2012
20 Alasan Kenapa Anda Tidak Kaya
20 Alasan Kenapa Anda Tidak Kaya
Alasan kenapa anda bukan seorang milyarder (atau orang yang akan menjadi seorang milyarder) adalah sangat sederhana. Anda mungkin berpikiran bahwa anda mungkin tidak mengumpulkan uang yang cukup banyak, tetapi alasan yang sebenarnya sangat kecil hubungannya dengan jumlah uang yang anda kumpulkan. Intinya adalah bagaimana anda mengatur pengeluaran uang anda dalam kehidupan sehari-hari:
- Anda Cemas dengan Apa yang Tetangga / Kerabat Anda Pikirkan tentang Diri Anda
Jika anda bersaing dengan mereka atau dengan harta benda mereka, anda sebenarnya telah menyia-nyiakan uang hasil jerih payah anda dalam sebuah permainan yang hanya untuk memuaskan mereka tetapi tidak meningkatkan jumlah kekayaan anda.
- Anda Kurang Sabar
Sampai pada zaman kartu kredit sekarang ini, sangatlah sulit untuk tidak menghabiskan uang lebih banyak dari yang anda miliki. Ini bukanlah masalah utama sekarang. Tetapi jika anda selalu memiliki hutang kartu kredit karena anda tidak sabar menunggu sampai anda mengumpulkan uang yang cukup untuk membeli sesuatu secara tunai, anda sebenarnya sedang membuat yang lain menjadi semakin kaya sementara anda sedang menumpuk utang.
- Anda Mempunyai Kebiasaan Buruk
Baik itu merokok, minum, judi dan beberapa kebiasan buruk lainnya, sifat yang selalu menghabiskan banyak uang dapat mempengaruhi anda untuk menjadi kaya. Banyak orang tidak sadar bahwa timbal balik dari kebiasaan buruk mereka itu tidak akan muncul sekarang, bahkan juga dapat berdampak buruk bagi kesehatan perokok pasif disekitar anda, seperti keluarga anda yang nantinya harus anda tanggung juga biaya kesehatannya. Merokok merugikan kita jauh lebih besar dari harga rokok-rokok yang kita beli itu. Juga secara negatif memberi dampak buruk terhadap kondisi kekayaan anda karena harus membayar asuransi yang lebih tinggi dibandingkan bukan perokok.
- Anda Tidak Memiliki Target Pencapaian
Sangat sulit untuk untuk menjadi kaya jika anda tidak menghabiskan waktu untuk coba merenungkan apa sebenarnya yang anda inginkan. Jika anda tidak mempunyai target, anda sepertinya tidak ingin untuk menggapainya. Anda perlu mempunyai moto bagi diri anda sendiri seperti, "Saya ingin menjadi seorang jutawan." Anda perlu meluangkan waktu untuk merencanakan target tabungan dan investasi anda dalam jangka waktu satu tahun dan pikirkan rencana-rencana untuk mewujudkan target tersebut.
- Anda Belum Siap
Hal-hal buruk terjadi pada siapa saja dari waktu ke waktu, jika anda tidak menyiapkan asurasi untuk sesuatu yang akan terjadi pada anda, segala kekayaan yang anda sudah kumpulkan mungkin dapat hilang dalam seketika.
- Anda Mencoba untuk Menghasilkan Uang dengan Cepat
Bagi kebanyakan dari kita, kekayaan tidak datang dalam sekejap. Anda mungkin berpikir bahwa orang yang menang lotre / undian adalah sangat banyak, tetapi sebenarnya kemungkinan anda kalah sebenarnya lebih besar. Keinginan anda untuk menjadi kaya dalam waktu singkat adalah suatu hal yang sia-sia.
- Anda Mengandalkan Orang Lain Untuk Mengatur Keuangan Anda
Anda percaya bahwa orang lain mungkin memiliki pengetahuan lebih baik dalam masalah keuangan daripada anda, dan anda pun mengandalkan pandangan mereka dalam memutuskan dimana anda seharusnya investasikan uang anda. Tetapi tak beruntungnya, kebanyakan orang-orang ini ingin membuat membuat mereka sendiri yang kaya, ini adalah tujuan utama mereka ketika mereka memberitahu anda bagaimana untuk menginvestasikan uang anda. Dengarkan nasehat dari orang-orang lain untuk mendapatkan ide-ide yang baru, tetapi anda sendiri harus cukup menguasai bagaimana seharusnya mengambil keputusan dalam berinvetasi.
- Anda Berinvestasi dalam Sesuatu yang Anda Tidak Kuasai
Anda dengar bahwa Bob telah menghasilkan banyak uang dalam melakukan sesuatu investasi, anda pun ingin mengikutinya. Jika Bob benar-benar telah menghasilkan banyak uang, dia bisa begitu mungkin karena dia memang mengerti apa investasi itu. Ikut menanamkan uang anda dalam investasi hanya karena orang lain juga telah berhasil menghasilkan uang dengan cara itu tanpa anda benar-benar mengerti bagaimana investasi itu akan membuat anda jauh dari menuju kaya.
- Anda Takut Secara Keuangan
Anda takut akan resiko makanya anda terus menaruh uang anda dalam bentuk tabungan yang sebenarnya adalah anda sedang kehilangan uang anda ketika tingkat inflasi sama tinggi dengan tingkat suku bunga tabungan anda, sampai sekarang anda masih menolak untuk memindahkan uang anda ke bentuk investasi yang lain yang dapat memberikan bunga lebih tinggi mungkin karena anda takut bahwa anda akan kehilangan uang anda.
- Anda Mengabaikan Keuangan Anda
Anda menentukan sikap bahwa anda telah cukup, bahwa keuangan anda akan bersirkulasi dengan sendirinya, bahkan anda berpikir jika anda sekarang memiliki utang, hal itu akan dapat diatasi pada kemudian hari. Tetapi sesungguhnya, dibutuhkan perencanaan khusus untuk bisa menjadi kaya. Mungkin tidak hanya satu dari sekian kebiasaan buruk anda diatas yang terus membuat anda tidak dapat menjadi seorang milyarder. Tetapi sebuah campuran dari beberapa kebiasaan buruk di atas yang membuat anda begitu. Cobalah untuk menyimak kembali daftar di atas, dan coba bayangkan. Jika anda ingin menjadi seorang milyarder,anda harus menghadapi hal-hal yang menghalangi anda untuk menjadi kaya itu, sebelum anda memanggil diri anda sendiri milyarder.
- Anda Terlalu Peduli Bagaimana Penampilan dari Mobil Anda
Sebuah mobil adalah sebuah alat transportasi untuk membawa anda dari suatu tempat ke tempat yang lain, tetapi banyak orang tidak melihatnya dengan cara seperti ini. Malahan, mereka menganggap mobil sebagai citra dari diri mereka sendiri dan menghabiskan uang banyak setiap dua tahun sekali hanya untuk mobil atau hanya untuk membuat orang lain terkesan saja daripada hanya mengendarai mobilnya untuk segala keperluan hidupnya dan menginvestasikan uang yang ada.
- Anda Merasa Anda Mempunyai Gaya Hidup
Jika ada punya keyakinan bahwa anda berhak untuk hidup dengan gaya hidup tertentu, pantas memiliki beberapa barang tertentu dan patut menghabiskan sejumlah uang sebelum anda dapat hidup dengan gaya hidup semacam itu, anda akan perlu untuk meminjam uang. Hutang yang besar akan membuat anda selamanya tidak akan menjadi kaya.
- Anda Kurang dalam Melakukan Pembagian Investasi
Ada alasan kenapa salah satu pepatah tertua bagi para penasehat keuangan berbunyi: "jangan menaruh semua telur anda dalam satu keranjang yang sama." Memiliki portofolio investasi yang dipisah-pisahkan membuat kemungkinan kekayaan anda untuk hilang semakin sedikit.
- Anda Mulai dengan Terlambat
Keajaiban menggabungkan bunga adalah cara paling bagus bila dilakukan dalam jangka waktu panjang. Jika anda sadar bahwa anda selalu mengatakan bahwa akan selalu ada waktu untuk menabung dan berinvestasi di dua tahun mendatang, anda akan sadar pada suatu hari nanti bahwa masa pensiun anda tinggal menghitung hari tetapi anda tidak menemukan apapun di dalam rekening pensiun anda itu.
- Anda Tidak Melakukan Apa yang Anda Sukai
Sebenarnya pekerjaan anda tidak selalu harus adalah pekerjaan idaman anda, anda hanya perlu menikmatinya saja. Jika anda memilih sebuah pekerjaan yang anda tidak sukai hanya untuk tujuan mencari uang, anda mungkin akan menghabiskan uang lebih banyak lagi hanya untuk menghilangkan stress yang anda dapat dari pekerjaan yang anda benci itu.
- Anda Tidak Suka Belajar
Anda mungkin akan berpikir bahwa sekali anda lulus dari sekolah tinggi, tidak perlu untuk sekolah atau belajar lagi. Sikap seperti itu mungkin hanya cukup untuk mendapatkan pekerjaan pertamamu atau membuat anda dapat bekerja saja, tetapi itu tidak akan pernah membuat anda menjadi kaya. Sebuah keinginan untuk belajar bagaimana memperbaiki karir dan keuangan kamu adalah esensinya jika anda ingin menjadi kaya.
- Anda Membeli Barang-Barang yang Anda Tidak Gunakan
Coba lihat-lihat isi di dalam rumah anda, di lemari, di kolong, di lantai basement, loteng dan garasi dan lihatlah apakah ada banyak barang yang anda beli tetapi tidak anda gunakan. Barang yang belum rusak namun kini teronggok itu adalah membuang uang anda dimana sebenarnya uang itu dapat digunakan untuk menambah jumlah kekayaan anda.
- Anda Tidak Mengerti Nilai
Anda membeli barang untuk sejumlah alasan yang lain tetapi bukan karena harga barangnya. Ini tidak terbatas hanya bagi mereka yang selalu berpikir perlu membeli barang-barang yang mahal saja, tetapi juga termasuk mereka yang selalu membeli barang yang paling murah namun cepat rusak. Carilah barang yang anda butuhkan namun dengan nilai terbaik, untuk investasi yang berguna di masa depan anda.
- Rumah Anda Terlalu Besar
Ketika anda membeli sebuah rumah yang lebih besar dari yang anda sanggup atau perlukan, anda akan berakhir dengan menghabiskan uang yang lebih banyak pada pembayaran utang, pajak yang naik, biaya perawatan yang lebih tinggi dan membeli lebih banyak barang untuk memenuhi isi rumah anda itu. Beberapa orang akan berpendapat beda dengan mengatakan bahwa harga yang akan naik dari sebuah rumah merupakan sebuah investasi yang bagus, tetapi kenyataannya adalah selain dengan cara menurunkan standar kehidupan anda, dimana yang lain tidak mau melakukannya, anda tidak akan dapat menggunakan atau menikmati uang anda karena rumah anda itu tidak akan pernah menjadi aset yang cair.
- Anda Gagal Meraih Keuntungan dari Kesempatan yang Ada
Kemungkinan terdapat lebih dari satu kesempatan yang mungkin telah anda lewatkan setiap kali anda mendengar cerita tentang seseorang yang telah sukses dan anda mungkin berpikir, " Saya seharusnya juga memikirkan cara itu." Terdapat banyak kesempatan yang sebenarnya terpampang di muka anda jika anda punya kemauan dan kebulatan tekad untuk menyimaknya
http://forum.detik.com/20-alasan-kenapa-anda-tidak-kaya-t250136.html
Ini 8 Tips Berhemat Hingga Rp 1 Juta Setiap Bulan
Ini 8 Tips Berhemat Hingga Rp 1 Juta Setiap Bulan
|
http://forum.detik.com/ini-8-tips-berhemat-hingga-rp-1-juta-setiap-bulan-t447026.html
Smart Networking
Manusia adalah makhluk sosial, dan karenanya kebutuhan bersosialisasi menjadi penting sebagaimana layaknya makan, minum, rumah dan pakaian. Sulit membayangkan seorang manusia dapat dikatakan "normal" jika ia hidup seorang diri. Saya pribadi berkeyakinan akan terjadi suatu gangguan pada dirinya jika terlalu lama terisolasi tanpa adanya interaksi antara manusia dengan manusia lain.
Dalam kerangka berpikir secara fitrah manusia harus bergaul, maka wajar jika networking menjadi suatu bagian tak terpisahkan. Networking bisa kita terjemahkan secara luas, bisa berarti mencari teman, bisa berarti memperluas lingkup pergaulan, bahkan tidak terlalu salah juga jika diartikan mencari peluang bisnis sekalipun.
Lalu bagaimana halnya dengan kendala yang dihadapi sebagian orang yang merasa sulit networking ? Bisa karena memang pemalu, tidak tahu caranya, atau bahkan merasa ada kendala teknis, misalkan saja dana untuk bersosialisasi atau malah tidak tahu akses yang diperlukan untuk melakukan hal tersebut. Sesungguhnya tidak terlalu sulit, jika kita coba ikuti beberapa tips ringan smart networking berikut ini.
1. Tetapkan 1 atau 2 minat.
Mungkin ada banyak sekali hal yang menarik minat kita, dari mulai serangga hingga politik. Sah-sah saja, namun menjadi lucu jika dalam networking kita memaksakan diri kita untuk memperluas pergaulan dengan mengikuti sebanyak-banyaknya komunitas minat tersebut. Tetapkan paling banyak 2 area yang menurut anda paling memungkinkan (dan paling bermanfaat bagi anda) untuk perluas network anda, sekalipun anda kurang tertarik pada area tersebut. Ini akan membantu anda untuk fokus dan memiliki kemungkinan berhasil lebih besar dengan rencana dan aksi yang terarah.
2. Tetapkan alokasi dana, waktu dan lingkup jelajah
Setiap upaya networking tentu memerlukan dana dan waktu. Serta tentunya memiliki domisili. Ada baiknya di awal anda tetapkan untuk menetapkan berapa besar dana dan waktu yang akan anda investasikan untuk networking. Sebagai ilustrasi, seorang kawan memilih bergabung dengan klub otomotif merek tertentu sebagai sarana untuk networkingnya, kebetulan selain ia memiliki mobil merek tersebut ia juga melihat bahwa klub tersebut cukup besar dan merek tersebut amat populer di Indonesia. Sayangnya ia tidak mengukur sejak awal, aktivitas di klub ini sekalipun tidak semuanya mengeluarkan biaya ekstra, memerlukan waktu ekstra dan seringkali bentuknya adalah jamboree dan touring ke berbagai daerah. Ini tidak sesuai dengan kemampuannya yang memang tidak mampu mengemudi jauh dan tuntutan aktivitas kerja yang tidak memungkinkan banyak waktu luang. Akhirnya ia keluar dari klub setelah menyadari ia hanya jadi pelengkap penderita saja...
3. Disiplin, tetap luwes dan bersikap terbuka.
Kita akan temui berbagai orang dengan aneka pikiran dan latar belakang yang berbeda pula saat di suatu event dan lakukan networking. Pastikan anda tahu apa yang harus anda perbuat dan akan anda capai. Misalkan anda networking di kalangan praktisi pendidikan, pastikan bahwa tujuan anda tidak salah tempat. Melakukan networking untuk mendukung rencana anda berbisnis dan mencari pemodal tentu tidak tepat waktu dan tempat jika dilakukan di situasi ini. Sebaliknya, jika maksud tersebut anda terapkan di suatu event pertemuan bisnis, pastikan anda disiplin dengan tujuan anda.
Tidak perlu terlalu kaku, semua orang bisa kita anggap prospektif, dan analisis bisa kita lakukan setelahnya di rumah atau kantor. Fokus pada perkenalkan diri anda dan apa yang anda punya, ketimbang memaksakan tujuan anda di awal. Penting untuk selalu bersikap terbuka dan luwes. Saat ada pihak yang kurang interest untuk berinteraksi dengan anda, tidak perlu kecil hati. Tetap sopan, profesional dan ramah, anda akan tetap menjadi daya tarik bagi pihak lain yang menyaksikan sikap anda yang terbuka, luwes dan ramah.
4. Gunakan formula "3 DULU".
Formula 3 Dulu adalah suatu ringkasan rencana aksi dalam tiap event apapun yang anda maksudkan sebagai ajang networking. Itu adalah (1) Tersenyum lebih dulu, (2) Ulurkan tangan lebih dulu, (3) Bertanya lebih dulu. Inisiatif adalah kunci kesuksesan bergaul dan networking.
Tersenyum lebih dulu memberikan kesan positif bahwa kita seseorang yang ramah, sopan dan terbuka. Ini adalah suatu password universal bahwa kita makhluk sosial yang ingin berinteraksi positif dengan makhluk lain di depan kita.
Uluran tangan terlebih dahulu, tentu dengan bahasa tubuh yang positif dan ramah, menjadi tindak lanjut dari senyum kita bahwa kita ingin berkenalan dengan orang di depan kita.
Dan bertanya lebih dahulu, dengan tiga content wajib "Apa kabar ? Dengan Bapak/Ibu .... ? Dari ..... ?" menjadikan ritual perkenalan ada sepenuhnya di dalam kendali kita. Latihlah rangkaian aksi ini sehingga natural dan terasa hangat serta profesional. Siapa yang mampu menolak ajakan perkenalan anda ?
5. Persiapan : daftar pertanyaan dan alat perkenalan
Penting untuk kita persiapkan daftar pertanyaan yang terkemas dengan rapi, profesional, sopan dan positif. Siapkan setidaknya 5 atau 6 pertanyaan yang dapat membangun suatu percakapan hangat dengan kenalan baru untuk setidaknya selama 5-10 menit setelah ritual perkenalan berlangsung. Pertanyaan mengenai "dari perusahaan ........ ?", "bergerak di bidang ..... ?", "bagaimana pak situasi market saat ini ....?" dan selanjutnya akan menggiring kedua pihak pada percakapan yang positif. Ingatlah bahwa perkenalan bukan sebatas mengetahui nama lawan bicara kita namun lebih jauh dalam networking adalah kita mengetahui latar belakangnya.
Jika kita bertanya, tentu besar kemungkinan kita akan ditanya balik. Persiapan berikutnya adalah daftar jawaban akan pertanyaan-pertanyaan umum dari lawan bicara kita. Persiapkan jawaban yang ringkas namun efektif dan profesional. Misalkan pertanyaan "bapak bergerak di bidang apa ?", tidak perlu kita jawab mendetail seperti menjawab auditor atau wartawan. Siapkan jawaban yang ringkas mengenai bidang usaha kita, domisili, market utama, dan brand yang digunakan. Ini sudah memberikan gambaran yang relatif lengkap dan positif dalam kesempatan pertama.
Terakhir, jangan sampai kehabisan, atau parahnya tidak membawa, kartu nama anda ! Pastikan anda membawa stock yang cukup di saku anda atau di dompet kartu nama anda. Dan pastikan anda mengetahui dan mampu mempraktekkan courtesy dalam pertukaran kartu nama sesuai event yang akan anda hadiri untuk networking. Kesalahan kecil dalam ritual ini seringkali memberikan kesan buruk dan menyulitkan kita untuk interaksi selanjutnya.
6. Follow Up : Gunakan pola 1-2-3
Ada baiknya kita terapkan pola 1-2-3 dalam interaksi setelah event untuk mendukung maksud kita networking. Apa itu ? Artinya untuk tiap 1 orang kenalan baru yang kita peroleh, kita lakukan 2 follow up (sangat disarankan satu secara langsung misalkan menelepon, dan satu lagi secara tertulis, misalkan e-mail) sebelum 3 hari berlalu. Ini akan memperkuat kesan positif yang telah kita bangun dan menumbuhkan sugesti pada orang tersebut bahwa dirinya penting bagi kita. Follow up ini amat bermanfaat untuk kita lanjutkan dengan diskusi lebih jauh sesuai maksud kita, misalkan bisnis, atau sekedar memperluas jaringan.
Selamat networking !
on twitter @katjoengkampret | e-mail : katjoengkampret@aol.com
Sunday, June 24, 2012
Pareto rule in friendship
Pepatah lama menyatakan "Anda adalah dengan siapa-siapa saja Anda bergaul". Ini benar. Dan Pareto Rule berperan di dalamnya.
Pareto #1 : 20% teman Anda adalah orang-orang yang berkontribusi atas 80% keberhasilan dan kemudahan dalam hidup Anda --» pilihlah baik-baik 20% tersebut dan mulailah kurangi interaksi dengan yang 80% tersebut
Pareto #2 : 80% masalah dan kesulitan Anda berasal atau setidaknya melibatkan 20% dari teman Anda --» siap-siap untuk mengkaji kemungkinan menjauhi 20% tersebut agar hidup Anda lebih sehat dan lebih sedikit menemui masalah
Pareto #3 : 20% teman Anda adalah pihak-pihak yang membuat Anda tetap "hidup" (keeps you alive), sementara 80% sisanya yang tidak ada pengaruhnya bagi Anda, bahkan celakanya mungkin hidup dari Anda --» no further comment, jaga baik-baik yang 20% dan jaga "jarak aman" dengan yang 80% lagi
Pareto #4 : 80% waktu-energi-emosi-uang Anda terbuang untuk "melayani" dan berinteraksi dengan 20% dari seluruh teman Anda --» Anda buang 20% ini maka Anda punya hidup yang lebih berkualitas karena ada 80% waktu-energi-emosi-uang yang bisa Anda gunakan untuk hal-hal yang lebih bermanfaat
Pareto #5 : 20% teman Anda adalah yang menghubungkan Anda dengan 80% jaringan Anda yang lain --» manusia adalah makhluk sosial, 20% ini lah yang tetap jadikan Anda makhluk sosial yang unggul karena terus membantu Anda perluas pergaulan Anda
Pareto #6 : 80% mood Anda (mood baik maupun mood buruk) amat dimungkinkan berasal atau setidaknya dipengaruhi oleh 20% orang di sekeliling Anda --» sedihnya, 20% ini seringkali adalah orang-orang terdekat kita, semoga yang 20% ini justru selalu membawa mood baik bagi diri Anda !
Dengan adanya social media dan teknologi, sedikit mengaburkan arti dan hakekat teman serta pertemanan. Untuk itu disarankan untuk sedikit mengesampingkan "teman" anda di jaringan sosial. Teman di facebook adalah teman dalam status teknologi, namun tidak termasuk dalam saran-saran di atas.
Dengan merujuk pada Pareto Rule pertemanan di atas, mulailah menyeleksi rekan-rekan Anda, karena sadarilah, Anda tidak mungkin menyangkal hal-hal berikut :
1. Waktu Anda terbatas, tidak ada cukup waktu untuk melayani semua orang
2. Uang Anda terbatas, bergaul perlu uang dan kadang Anda harus relakan "biaya sosial", mulailah selektif dengan berteman dengan mereka yang membuat Anda produktif, bukan konsumtif
3. Tenaga Anda terbatas, efektifkan dan efisienkan hal-hal yang Anda lakukan untuk hal-hal yang memang berguna, menyenangkan dan memiliki nilai tambah. Investasi di setiap hal!
4. Emosi Anda bukannya air di kolam ikan yang tanpa gejolak. Arahkan diri Anda kepada sumber emosi positif, yang membantu Anda tetap positif, terkontrol, produktif dan semangat.
Pilihlah rekan Anda secara selektif untuk Anda masukkan sebagai "inner circle" Anda, HANYA jika mereka :
1. Membuat Anda jadi lebih positif ketimbang malah jadi lebih negatif
2. Membuat Anda terjaga selalu keseimbangan dalam kata, pikiran dan perbuatan, ketimbang menjadikan Anda jagoan tanpa kontrol dengan attitude seperti "kompor"
3. Menjadikan Anda lebih terrencana, terkontrol, terjaga dan terpelihara : baik dalam aspek finansial, aspek emosional, aspek kebugaran fisik dan tentu aspek psikologis
4. Membantu Anda untuk menjadi lebih produktif ketimbang konsumtif
5. Membantu Anda untuk menjadi lebih religius dan memiliki disiplin tata nilai yang lebih baik dan seimbang
6. Membuat Anda lebih memiliki penghargaan dan rasa hormat pada keluarga, tanggung jawab dan diri sendiri
Selamat bersosialisasi dengan sehat.
On twitter @katjoengkampret
E-mail : katjoengkampret@aol.com
on twitter @katjoengkampret
katjoengkampret.blogspot.com
Tuesday, May 15, 2012
Lounge, solusi praktis anti boring saat delay
Memang ada kompensasi berupa makanan (kecil atau besar, tergantung lama delay) bahkan voucher sebesar Rp 300.000,- per empat jam keterlambatan. Tapi tetap rasa tidak nyaman itu akan ada. Tiket yang sudah dibeli tentu juga tidak mungkin diuangkan kembali bukan?
Saya mencoba menyikapi "nasi sudah menjadi bubur" ini dengan menjadikan "bubur" itu selezat mungkin. Bagaimana caranya? Cari bumbu yang pas! Buat saya, "bumbu" tersebut adalah executive lounge.
Di bandara Ngurah Rai yang serba "wah" ternyata jika cermat banyak promo menarik. Dengan menunjukkan logo salah satu operator seluler maka saya hanya membayar separuh harga dari entrance fee ke lounge tersebut. Dan inilah salah satu pembelanjaan Rp 45.000,- terbaik saya sejauh perjalanan ini.
Di lounge ini, saya menunggu selama 3 jam 45 menit. Ada sofa bahkan kursi electric massage yang cukup nyaman. Ada koneksi internet yang cepat dan nyaman. Juga fasilitas toilet, mushalla dan tentu aneka kue dan minuman yang cukup lezat.
Berangkat masih cukup pagi, sekitar pukul 7, tentu urusan "ke belakang" dan sarapan menjadi tidak terakomodasi dengan baik. Kelihatan sepele, tapi mengganggu lho sebenarnya. Saya jadikan fasilitas di lounge ini untuk akomodasikan kebutuhan "primer" saya. Sesudahnya saya pun dapat melaksanakan ibadah shalat sunnah di mushalla yang bersih dan nyaman.
Mengurangi kebosanan, aneka bacaan yang baru dan televisi dengan multi channel relatif menghibur. Namun saya lebih suka manfaatkan waktu dengan mengisi baterai telepon genggam dan berselancar di internet. Cukup produktif, dalam 2 jam saya isi penuh baterai seluruh telepon saya dan baterai cadangan, serta lakukan beberapa aktivitas di internet.
Tidak terasa, petugas lounge ingatkan bahwa saya harus check in.
Saya rasa kiat ini dapat kawan-kawan terapkan juga saat lakukan perjalanan dan terkena delay.
Have a nice trip!
On twitter @katjoengkampret | katjoengkampret@aol.com
Powered by Telkomsel BlackBerry®
Friday, May 11, 2012
Krisis : Bahaya + Peluang
Krisis. Dari bahasa Inggris "crisis" dapat kita referensikan sebagai berikut menurut situs wikipedia.org :
a) situation of a complex system
b) poor function. The system still functions, but does not break down.
c) an immediate decision is necessary to stop the further disintegration of the system.
d) the causes are so many, or unknown, that it is impossible to take a rational, informed decision to reverse the situation
Sementara di situs yang sama menegaskan bahwa suatu situasi yang disebut krisis umumnya mengandung komponen-komponen berikut ini :
1. Unexpected / Surprise : ada unsur kejutan, tidak terduga, tidak diharapkan terjadi
2. Create Uncertainty : menciptakan suatu kondisi ketidakpastian (dan umumnya ketidaknyamanan)
3. Threat to Important Goals : menciptakan potensi ancaman akan suatu rencana atau tujuan yang akan dicapai
Yang menarik adalah, dalam bahasa Cina, kata 'krisis' sendiri secara harfiah dapat diterjemahkan menjadi dua makna secara kontekstual, yaitu 'bahaya' dan 'kesempatan'. Saya tentu tidak akan membahas aspek linguistik dari hal ini, tetapi saya mencoba melihatnya dari sudut pandang lainnya : kemampuan untuk melakukan turn around.
Lama sudah kita kenal bahwa negeri Cina dan saudara-saudara kita yang berdarah Cina amat lekat dengan kata-kata dan label "tekun", "gigih", "survivor", dan "ulung". Lebih jauh bahkan di berbagai belahan dunia cukup lekat pula dengan kata-kata "dagang" atau "niaga", "pengusaha" dan "sukses". Saya bisa dikategorikan sebagai pribadi yang nyaris 100% sepakat dengan semua label tersebut, karena memang demikian lah fakta yang tersaji di depan kita. Tetapi apa benang merahnya dari semua hal tersebut ? Satu hal : kemampuan bertahan dari bahaya dan memutarbalikkannya menjadi sukses dengan kejelian melihat celah peluang dan mengkonversikannya menjadi suatu hal yang produktif.
Mari kita lihat sedikit ke arah diri sendiri, kehidupan kita dan alam sekitar kita. Ada berapa banyak kemungkinan kita temui suatu situasi dimana tidak ada bahaya sama sekali ? Rasanya hampir tidak ada. Bahkan orang bijak pun mengatakan bahwa "tidur siang pun bisa jadi beresiko", karena setidaknya ada potensi kehilangan pembeli jika kita pedagang karena toko kita tinggal tidur. Namun kemampuan melihat potensi bahaya dengan cermat, akan memberi kita dua hal lain yang dapat kita olah : celah untuk menghindarkan bahaya tersebut, dan celah untuk mengkonversi bahaya tersebut menjadi peluang produktif.
Baru-baru ini kita mendengar berita akuisisi situs pengolahan gambar online Instagram oleh raksasa social media Facebook. Di berita kemarin diungkapkan bahwa Facebook memang mengakusisi Instagram dengan amat mahal karena dorongan psikologis : merasa terancam. Instagram menjadi amat populer karena memang ada banyak manusia di dunia ini yang suka dengan gambar, berbagi dengan gambar, dan mengekspresikan dirinya dengan gambar. Facebook melihat ini semua sebagai ancaman, dan di sisi lain melihat krisis ini sebagai peluang untuk melebarkan sayapnya ke kalangan penggila gambar.
Untuk memiliki kemampuan turn around tersebut, sebenarnya kita cukup kembali ke uraian mengenai kandungan krisis di atas. Apa saja ?
1) Membatasi keterkejutan kita akan hal yang Unexpected tersebut, lalu pelajari mengapa dan apa yang membuat kita terkejut ? Apakah selama ini kita tidak memperhatikan pesaing ? Apakah kita selama ini terlalu nyaman dengan keunggulan kita ? Apakah kita tidak menyadari penurunan kualitas kita ? Membatasi keterkejutan dan mengidentifikasi sebabnya adalah 50% dari titik balik yang kita harapkan.
2) Membatasi ketidakpastian yang kita rasakan, identifikasi pada hal-hal apa saja kita rasakan aspek ketidakpastian meningkat ? Dan pada hal-hal apa saja di sisi lain aspek ketidakpastian berkurang ? Dari analisa ini kita dapat alokasikan prioritas kita, apakah akan maksimalkan aspek yang kadar ketidakpastiannya berkurang atau justru pertajam fokus kita untuk bertarung di aspek yang kadar ketidakpastiannya tinggi ? Lalu lakukan upaya manajemen resiko untuk mereduksi potensi kerugian atau kejutan susulan jika apa yang tidak pasti menjadi suatu kenyataan.
3) Membatasi obsesi kita akan kondisi ideal atas tujuan dan rencana yang sudah ditetapkan. Dunia ini amat dinamis, dan kita harus fleksibel namun disiplin. Jangan mudah menyerah namun kita harus cukup kenyal untuk sesuaikan diri dengan perubahan yang terjadi. Kunci bertarung dengan krisis, survive lalu putarbalikkan keadaan dengan mengoptimalkan peluang adalah kemampuan beradaptasi. Tahukah Anda bahwa kayu lebih mudah patah daripada karet ?
Sudahkan kita asah pisau kita untuk mampu membelah dua daging sekaligus di piring kita : bahaya dan peluang ?
twitter : @katjoengkampret | e-mail : katjoengkampret@aol.com
Friday, April 27, 2012
tips ikut job fair yang efektif dan produktif
Apa yang akan kita temui di Job Fair pada umumnya ?
- Recruiter - dari perusahaan maupun dari konsultan, dari perusahaan tentu untuk rekrut tenaga kerja di bursa pencari kerja, dan dari konsultan biasanya cari database untuk ditawarkan ke industri atau pihak yang butuh skill khusus (dimana si konsultan akan memperoleh komisi)
- Profiler - bisa dari perusahaan maupun konsultan, umumnya psikolog yang diminta untuk membuatkan profil kandidat yang dipilih oleh rekruter untuk direview lebih lanjut oleh pejabat-pejabat yang lebih tinggi atau user langsung (misalkan supervisor, manager etc)
- Pencari kerja - sumpah deh ini jumlahnya buaaaanyaaaaaaaaaaaaaakkkk banget. ini adalah mayoritas isi dari lokasi tempat job fair berlangsung
- Mbak-mbak atau mas-mas sales - ini biasanya dari perusahaan yang dihantui target untuk generate leads atau quota untuk ikut promo event ; padahal seringkali gak nyambung. misal sales perusahaan properti, jelas2 yang datang audience yg baru lulus atawa pengangguran atawa karyawan galau koq ditawarin beli rumah plus aneka brosur dan maket rumah.. iya kan ?
Apa yang sebaiknya kita targetkan untuk dilakukan saat datang ke Job Fair ?
- Sebar CV sebanyak mungkin, please prepare CV dalam format yang baik dan bebas typo error, jangan fotokopi ! Print yang bagus (kalo bisa kualitas laser) dan siapkan amplop coklat yang sudah ditempelkan alamat/nomor kontak kita...
- Ikut walk in interview atau walk in profiling session : banyak orang yang karirnya bagus dan mulai dari job fair. Saya satu diantaranya. Karir saya cukup baik dan semua dimulai di UI Job Fair 15 tahun lalu, dimana saya ikut job profiling session yang diadakan Fakultas Psikologi UI dan direfer ke suatu bank as user
- Networking dan cari kenalan sebanyak mungkin : siapkan kartu nama kita, dan sebisa mungkin prepare kartu nama pribadi yang bagus dan "netral" untuk dibagikan ke kenalan kita (terutamanya orang HRD, profiler dan recruiter). Bahkan dengan sesama kandidat, bisa jadi peluang bisnis maupun kencan....
- Ikut seminar pengembangan karir yang biasanya gratis - ini kalo pas ga pameran mahal lho... ikut satu dua sesi seminar berguna banget, kita bisa dapat info baru mengenai job market condition, skill apa yang lagi banyak dicari, type kandidat gimana yang harganya mahal, bahkan mengenai salary range survey
Apa yang harus kita persiapkan sebaiknya saat datang ke Job Fair ?
- Berbusana yang pantas. Jangan kayak Slankers maupun terinspirasi K-Pop, tapi jg jangan sampe pake jas dan dasi yah... normalnya semi formal casual. Kalau cowok ya kemeja lengan pendek is OK, kalo bisa pake celana docker. Cewek juga bisa pake blus dgn bawahan yang serasi. Dan... pake sepatu !
- Handphone yang pulsanya penuh dan baterainya penuh. Seringkali Anda akan diminta missed calling ke HRD or recruiter karena dia malas mencatat nomor anda atau ribet.. cara plg mudah adalah miss call dia dan dia akan record nomor anda di telponnya. Malu kan kalo "duh maap, ga ada pulsanya.."
- Set of printed CV dan siapkan juga amplop coklat, alat tulis yang bagus (biar ga mbelobor or ngadat) dan stock pas foto berwarna (karena suka diminta terutama saat anda ikut walk in interview atau walk in profiling)
- Flash disk, isi aneka file CV, Lamaran kerja generik (bisa untuk apply apa aja), image pas foto kita, scan dokumen2 penting (ijazah, sertifikat etc)
- Prepare simulasi interview dan tanya jawab profiling. Jangan salah friend, para profiler di job fair itu terbiasa interview 300 kandidat dalam satu hari ! Mereka bisa assess seseorang punya 3P (personality, potential, positive values) hanya dalam 3-5 menit interview dengan 4-5 pertanyaan saja. Be prepared. Umumnya 3 pertanyaan "wajib" adalah (i) ceritakan tentang diri Anda serta keluarga Anda dan pekerjaan Anda ; (ii) apa kelebihan dan kekurangan Anda ? (iii) apa prestasi terbaik Anda dan apa kegagalan terbesar Anda dalam hidup dan karir ?
- Kartu nama. Kalo udah kerja ya boleh pake kartu nama company sekarang, tapi saya amat sarankan untuk punya kartu nama sendiri yang netral dan bebas dari aneka komponen. Murah dan cepat koq, di aneka printing center cuma perlu nunggu 30 menit dan cuma Rp 40-50ribu per box isi 100 pcs
- Daftar pertanyaan. Kita manfaatkan waktu sempit untuk manfaat maksimal. Siapkan hal2 yang akan ingin kita ketahui di masa interaksi selama 5-10 menit, karena seringkali kualitas kita akan diukur BUKAN pada saat menjawab melainkan pada saat kita mengajukan pertanyaan !
- Upaya untuk datang sepagi mungkin sehingga dapat manfaat maksimal
Quick Fix List sebelum datang ke Job Fair
- Format CV, font-nya, ukuran font, spasi, typo error, letter formatting etc.
- Alamat e-mail -->>> jangan pernah pake alamat email yang kupret-look macam "catanddoglover@yahoo.com" or "bali.machoman@gmail.com". Alamat e-mail adalah your personal brand maka pilih alamat email yang cerminkan nama anda dan sederhana, misalkan dennis.bergkamp@ajax.com
- Nomor telepon, ada baiknya cantumkan 2 nomor telepon, satu diantaranya harus nomor seluler anda, akan lebih baik jika anda punya additional brand dengan nomor telepon yang bagus, misalkan : Phone 0818-145-777 (mobile) & (021) 770-31-777 (residence) -->> padahal itu nomor flexi or esia kita
- Siapkan dua macam CV, English dan Bahasa Indonesia. Jangan suka ganjen sok English, ada company lokal yang alergi sama orang sok Inggris loh
Have a nice job hunting !
----------
on twitter @katjoengkampret | e-mail : katjoengkampret@aol.com
Friday, March 16, 2012
Tiga orang yang sebaiknya Anda temui sebelum wawancara kerja
Sepintas agak nyeleneh, namun saya merasakan ada kebenaran dari judul tersebut. Tiga orang yang sebaiknya (atau malah harus) kita temui dan ajak bicara sebelum menghadiri wawancara kerja. Saya pertama membaca artikel nyeleneh ini di suatu media online asing, dan sebenarnya artikel itu membahas mengenai persiapan dalam menghadapi suatu wawancara kerja. Pertanyaan itu hanyalah salah satu "pancingan" diskusi yang ditampilkan dalam artikel namun bukan suatu materi pokok.
Saya mencoba memikirkannya dengan seksama dan mencoba mencari jawabannya. Berikut saya coba sampaikan dalam ulasan berikut ini. Tentu uraian saya tersebut bukanlah suatu harga mati dan bisa jadi Anda memiliki pendapat berbeda. Namun menurut hasil pemikiran saya, disertai pengalaman saya pribadi sebagai kandidat yang diwawancara maupun sebagai seseorang pewawancara, ketiga orang itu adalah :
1. Seorang kawan, kenalan, atau kerabat yang sukses dan (pernah) mirip situasinya dengan kita
Orang ini kita perlukan untuk dua alasan : Pertama, mencari sumber inspirasi mengenai hal-hal yang akan kita hadapi saat wawancara serta cara mengatasinya ; dan Kedua, menjadi sumber informasi mengenai penilaian orang lain akan diri kita saat menghadapi hal sulit tersebut.
Orang lain melihat diri kita sendiri dengan cara yang berbeda dengan cara kita melihat diri kita sendiri. Sebagai cermin, inilah fungsi orang yang akan kita temui ini. Diskusi yang sehat, positif dan transparan dengan orang ini akan membantu Anda mengetahui apa-apa yang akan jadi penilaian pewawancara akan diri Anda dan bagaimana kemungkinan si pewawancara mencari tahu atau menggali diri Anda untuk aspek-aspek tersebut. Tentu lebih mudah bagi Anda bukan untuk mempersiapkannya dengan lebih baik ?
Misalkan Anda melamar posisi yang lebih tinggi untuk area yang berbeda dengan pengalaman kerja yang pernah Anda alami. Orang ini akan membantu Anda untuk memberitahu "dulu saya melakukan hal-hal ini untuk .....", lalu juga membantu Anda untuk menginformasikan bahwa "kamu akan ditanya mengenai kemampuan kamu untuk ..... lalu bagaimana cara kamu atasi hal tersebut". Bahkan ia bisa pula sampaikan penilaian sebagai berikut : "kamu termasuk orang yang tertutup menurut saya, kemungkinan si pewawancara juga akan menilai demikian, persiapkan kemungkinan ia tanyakan bagaimana kamu beradaptasi dengan hal baru"
2. Salah seorang mantan atasan atau rekan kerja atau klien yang relevan dengan posisi yang kita tuju
Orang ini kita perlukan untuk dua alasan : Pertama, mengingatkan kita kembali akan hal-hal yang perlu kita gali dan persiapkan saat akan diwawancara untuk suatu posisi yang spesifik ; dan Kedua, menjadi sumber energi positif yang tentu kita perlukan saat akan berwawancara kerja.
Mengapa kita perlu untuk disegarkan lagi atas suatu pekerjaan yang mirip dengan yang akan kita lamar sementara kita sudah "fasih" dengan seluk beluk pekerjaan tersebut ? Karena sesuatu yang telah menjadi bagian dari hidup kita dan rutinitas kita, membuat kita malah buta tidak bisa melihat beberapa hal kecil yang bisa jadi penting namun tersembunyi dibalik rutinitas dan atau sugesti kita bahwa kita sudah tau semuanya.
Saya merasakan amat penting bisa bicara, bahkan jika hanya melalui telepon atau e-mail atau SMS, dengan mantan atasan kita. Saya pernah punya pengalaman dengan hal ini. Beliau berikan saya hanya tiga informasi, namun amat berharga dan menjadi penentu keberhasilan saya dalam suatu seleksi kerja di masa lampau. Ketiga hal tersebut adalah penilaian pribadinya akan karakter saya dan bagaimana karakter itu dapat menjadi nilai plus atau malah minus dalam pekerjaan yang akan saya lamar, lalu informasi mengenai apa kesulitan dan tantangan ia saat mengelola saya sebagai bawahannya sehingga kita tahu apa-apa yang menjadi faktor positif dan faktor negatif dari diri kita, serta terakhir adalah berbagi saran dan pengalaman sebagai seseorang yang lebih senior mengenai pekerjaan yang akan kita hadapi.
Terlihat, amatlah penting menjaga hubungan baik dengan masa lalu kita secara profesional. "Don't burn your bridge", menurut peribahasa kuno dari Inggris.
3. Orang terdekat kita secara personal dan emosional
Orang ini adalah sumber energi, inspirasi dan bahkan sumber niat dan dorongan bagi kita. Tidak perlu banyak saya uraikan, namun dari pengalaman saya pribadi, diskusi ringan dan singkat dengan orang tua, sahabat, pasangan atau bahkan anak, bisa memberikan suatu dorongan yang dahsyat. Saya pribadi sebagai seseorang yang menganggap keluarga penting, merasa bahwa sukses saya adalah sukses mereka, dan kegagalan saya adalah kegagalan mereka. Dorongan dari mereka menjadi sesuatu yang menjadikan saya merasa mampu lakukan sesuatu yang bahkan sebelumnya bagi saya terasa tidak mungkin. Silakan dicoba.
on twitter @katjoengkampret | e-mail : katjoengkampret@aol.com
Friday, March 2, 2012
Apa yang akan muncul di Google saat ketikkan nama Anda ?
Pernahkah Anda terpikirkan apa yang Anda akan harapkan muncul pada saat seseorang mengetikkan nama Anda di google ?
Pertanyaan ini begitu menggelitik. Saya bahkan baru saja menyadarinya saat membaca artikel ini di suatu media online, dan artikel itu kebetulan mengkaitkan pertanyaan itu dalam konteks job hunting. Saya pun tersadar, hal sederhana ini bisa jadi suatu hal besar lho. Tidak percaya ?
Saya sendiri barusan mempraktekkan hal tersebut, penasaran juga soalnya. Saya coba ketikkan nama saya di Google dan ternyata yang tampak di halaman pertama pada 10 item teratas adalah profil saya di LinkedIn, lalu profil saya di twitter, kemudian halaman rekomendasi atas suatu proyek yang saya buat di masa lalu yang muncul di suatu halaman web milik partner saya tersebut (yang mana ini suatu nilai plus ya untuk saya) dan beberapa karya tulis ilmiah yang pernah saya terbitkan di kampus maupun saat saya menjadi pengajar dan peneliti paruh waktu di suatu PTS. Alhamdulillah... lega juga saya memperoleh temuan tersebut.
Saya coba beralih ke nama keponakan saya yang masih duduk di bangku SMP, dan surf di Google. Ngeri juga saya membaca bahwa top 10 item yang muncul di halaman pertama adalah komen anak tersebut di suatu mailing list yang anggotanya banyak, kemudian posting dirinya di twitter, facebook dan suatu forum. Menurut saya pun ada beberapa wording yang kurang pas dari apa-apa yang saya baca tersebut untuk anak berusia 14 tahun. Tapi oke lah, masih bisa diperbaiki, namun saya seram juga rasanya membayangkan jika temuan serupa kita dapati dari pencarian atas seorang kandidat yang melamar di perusahaan kita.
Pernahkah Anda mendengar pemeo yang menyebutkan bahwa reputasi adalah 50% dari konten cerita keberhasilan kita ? Barulah 50% sisanya hasil kerja kita yang nyata dan aneka hal lain. Sederhana saja, untuk situasi Anda membutuhkan pembantu paruh waktu untuk menyeterika baju baju di rumah Anda, sudah hampir pasti Anda tidak akan mengecek hasil kerja berupa baju-baju yang pernah diseterika si kandidat, melainkan mencari tahu mengenai apa orang bilang tentang si kandidat.
Setidaknya, saya membayangkan, ilustrasi tersebut juga berlaku untuk 3 area penting lho dalam hidup kita. Apa saja ?
Satu, mencari pekerjaan. Saya berpikir di era lautan informasi seperti sekarang ini, dipadukan dengan semakin mudahnya melakukan personifikasi diri melalui berbagai cara, maka semakin tidak mudah juga mencari kandidat yang baik dan (terutama) bisa dipercaya untuk suatu posisi. Sudah banyak dibicarakan di aneka forum, dan saya termasuk yang mempercayainya, untuk mengecek kredibilitas dan bahkan jika memungkinkan memperoleh personifikasi atau karakter dari seorang kandidat melalui pencarian di internet. Social media, konten di mailing list, bahkan online profile yang muncul seperti di LinkedIn, bisa menjadi suatu petunjuk penting. Untuk suatu posisi yang membutuhkan kematangan dan kemampuan untuk mengelola informasi rahasia, apa yang akan Anda pikirkan sebagai rekruter jika mendapatkan si kandidat berkicau di social media bahwa "perusahaan tempat saya bekerja memang tidak becus dalam mengelola pegawai sampah" ? Tentu Anda akan puyeng sendiri saya jamin.
Dua, mencari fasilitas perbankan. Ini juga suatu probabilitas dari praktek di masa yang akan datang, terutama untuk screening di fasilitas perbankan retail, misalkan kartu kredit, kredit tanpa agunan dan kredit kepemilikan rumah. Saya percaya, dunia perbankan akan memperbaiki praktek-praktek mereka saat ini, termasuk dalam hal cara mereka menggaet nasabah dan melakukan rating terhadap calon nasabahnya. Salah satu yang mudah, ampuh dan bisa jadi amat akurat adalah pemantauan di internet. Anda seorang credit analyst dan semua tampak oke dari data calon nasabah, dan justru karena terlalu oke maka biasanya ada masalah di belakang itu semua. Tapi Anda tidak berdaya untuk membuktikan kekhawatiran Anda hanya atas dasar data yang diberikan nasabah ke bank. Hendak survey ke tempat tinggalnya dan lakukan pengamatan ala James Bond tentu perlu waktu, biaya dan usaha. Lalu bagaimana jika Anda ketikkan nama nasabah tersebut di google dan dapatkan ia berkeluh kesah mengenai dia dikejar-kejar penagih utang dari mantan perusahaan tempatnya bekerja ? Atau ada informasi di suatu mailing list bahwa si calon nasabah menggelapkan uang dan agar para anggota mailing list berhati-hati ? Saya yakin, Anda akan tersenyum bahagia dan yakin dengan keputusan Anda.
Tiga, bermitra bisnis. Banyak pola kemitraan bisnis yang terbuka saat ini, menyebut beberapa diantaranya adalah kemitraan perseorangan, model supplier-producer, kerjasama pemasaran dan penjualan, franchise, MLM dan membership. Tidak penting apapun polanya, satu hal yang pasti : kemitraan membutuhkan kepercayaan dan transparansi antar pihak untuk dapat membangun rasa saling percaya. Misalkan Anda membangun usaha dengan calon mitra yang tampak oke dan prospektif. Seperti uraian di atas, Anda menemukan riwayat mengemplang utang, atau melarikan dana orang lain, atau terindikasi penipuan, atau malah sekedar berkicau ria dengan networknya mengenai kejelekan orang lain. Apa yang akan Anda pikirkan dan putuskan ? Saya tidak yakin Anda akan bertahan dengan kadar kepercayaan sebelum Anda menemukan informasi-informasi tersebut.
Mari ber-googling ria dan pastikan diri kita tampil di layar mbah Google dalam bentuk informasi positif dan konstruktif atas diri kita. Dan pastikan kita memperoleh manfaat dengan aliran informasi dari Google untuk perbaikan pengambilan keputusan yang akan kita lakukan di masa mendatang.
on twitter @katjoengkampret | e-mail : katjoengkampret@aol.com
Thursday, January 26, 2012
Panen Rekomendasi di LinkedIn = Tanda Sinking Ship ?
Titanic masih enak didengarkan theme song-nya serta dilihat lagi film-nya, si cantik Kate Winslet dan si ganteng Leo di Caprio, sudah ada berita baru lagi : Costa Concordia. Cerita tidak persis sama, yang terakhir ini karena keteledoran navigasi yang amit-amit akhirnya kapal pesiar mewah raksasa dari Italia ini menabrak batu karang besar (yang sudah ada di tempatnya itu sejak lama sekali pastinya kan ?) dan karam, menyisakan cerita pedih saat evakuasi dan belasan korban yang hilang dan belasan lain yang tewas. Sedihnya lagi, kapal modern ini karam hanya karena si kapten berlayar keluar jalur sekedar untuk "menyapa" orang di pantai....
Sambil makan siang di meja kerja, sebuah pesan masuk di telepon saya. Pesan di blackberry messenger dari rekan kerja, seorang eksekutif yang duduk di ruang kerjanya sejarak empat ruang saja dari ruangan saya. Isinya : sebuah pertanyaan yang lucu, "Apa benar company kita sudah termasuk sinking boat?"
Sambil tertawa, dan bikin saya tersedak makanan, saya reply "kenapa nih koq nanya begitu ?".
Dijawab lebih lucu lagi olehnya : "banyak yang update profile di LinkedIn, banyak juga yang hunting rekomendasi via LinkedIn".
Sampai di sini sudah tidak lucu lagi menurut saya. Saya memang sempat membuat analisa ringkas soal kondisi perusahaan dan uraikan what's wrong and what's right, serta buat kesimpulan akhir bagaimana harusnya kami melangkah ke depan supaya jadi lebih baik. Namanya juga komentator, selalu saja merasa dia lebih benar dan paling tahu situasi di lapangan... namun tidak urung pertanyaan kawan saya tersebut mengingatkan kembali pemikiran saya sembilan bulan yang lalu tersebut.
Perusahaan kami memang sedang ada masalah, dan itu wajar-wajar saja. Sekilas pun tidak tampak sebagai masalah besar, setidaknya itu yang tertangkap dari sisi eksternal. Tentu sejumlah informasi internal yang kami miliki (dan confidential tentunya) tidak sesederhana itu, tetapi juga bisa jadi tidak parah-parah amat. Namun saat kita bicara mengenai manusia-manusia di dalamnya, dengan aneka watak, latar belakang serta ambang aman (security level) yang berbeda, maka tidak ada lagi hal yang sederhana dan harus 100% logis.
Saya sepakat dengan penilaian kawan saya bahwa apa yang terjadi dengan kolega-kolega kami yang melalui situs media sosial bagi profesional, LinkedIn, mencari rekomendasi profesional serta memperbaharui profilnya, menjadi suatu penanda adanya krisis dan sesuatu yang mungkin mencederai security level mereka. Sayangnya, seringkali manajemen puncak dan apalagi pemegang saham, lebih banyak gagal menangkap gejala ini sehingga terlambat atau bahkan tidak bereaksi sama sekali untuk melakukan langkah kuratif dan preventif.
Saya mengharapkan opini dan komentar rekan-rekan sekalian. Silakan kontribusi dan buah pikirannya dibagi di sini.
On twitter @katjoengkampret | e-mail : katjoengkampret@aol.com