Friday, March 26, 2010

kegarongan, indikator kredibilitas boss?

Aneh ya judul posting kali ini ? Kegarongan koq menjadi indikator kredibilitas boss... tapi ini nyata lho

Jadi ceritanya salah satu mantan boss saya, sikap dan kelakuannya lumayan jumawa di puncak karirnya sejak dulu, habis kerampokan. Saya gak mau saingi pak BHD yang luar biasa sigap menyimpulkan kasus walaupun baru saja terjadi, bukan itu. Yang mau saya soroti adalah reaksi kawan-kawan saya, mantan anak buahnya atas nasib buruk yang menimpa si ex boss. Ada beberapa reaksi yang saya tangkap dari korespondensi dengan mereka melalui aneka media, SMS, facebook, telepon, maupun bertemu langsung.

"Moga-moga dia seneng sekarang udah jadi selebritis masuk tivi dan tampil berkali-kali", itu reaksi pertama. Saya dapatkan dari seorang kawan yang pernah diambil idenya dan tidak memperoleh kredit sama sekali atas upaya dan ide cemerlangnya. Diucapkan sambil tersenyum ringan disertai doa semoga mantan bossnya senang karena sudah jadi "selebriti".

"Weisss... kereeeeen, siapa tuh yang ngrampok ? Hebat euy bisa milih korban yang pantes dirampok", kata reaksi kedua via SMS. Saya dapatkan dari seorang kawan yang ditindas selama 3 tahun berada di bawah kekuasaan si boss. Pekerjaan dinilai biasa-biasa saja, tapi hasil kerjanya diusung kemana-mana. Aneh ya ? Tidak heran dia tampak mengapresiasikan hasil pantauan si perampok terhadap korbannya. Padahal sih saya yakin 100% kalo si perampok melaksanakan aksinya semata-mata melihat potensi harta benda si korban, bukan perangai si korban...

"Yaaaah kasian, kenapa cuma dirampok?", reaksi ketiga, dari seorang rekan perempuan yang dipaksa makan hati, tanpa ampela tentunya, oleh si ex boss. Kelihatannya sebagai wanita dia membatasi komentarnya tapi bagi saya cukup tergambar luka hatinya.

Saya hanya sampaikan tiga dan tentu masih ada sekian komentar lain yang serupa dan senada. Sebagai seorang karyawan, yang juga seorang boss, dan tentunya seseorang yang menjadi bagian dari suatu komunitas profesional, secuil fakta itu cukup menggambarkan kredibilitas si boss. Tentu, cukup menggambarkan juga interaksi si boss dan si karyawan. Dan pastinya dapat diramalkan produktivitas dan efektivitas hubungan kerja yang dibangun.

Saya pun mulai yakin, salah satu penyebab bisnis perusahaan yang dipimpin si boss cenderung stagnan hingga usianya yang ke tujuh adalah si boss itu sendiri. Being not credible in one area, you may lose credibility in other area.