Sunday, May 3, 2015

Kembali Ke Jakarta!!!

Katjoeng Kampret achirnja kembali lagi ke djakarta...

Sunday, March 24, 2013

Kunci Keberlangsungan Perusahaan

Kuliah manajemen strategik adalah salah satu mata ajaran yang paling saya gemari saat saya mengambil gelar magister manajemen beberapa tahun yang lalu. Mengapa ? Karena kuliah ini mengajarkan strategi, suatu hal yang kadang kali tidak berwujud untuk hari ini namun menentukan nasib di masa yang akan datang. Dalam satu kuliah diajarkan mengenai 3 sendi survival perusahaan.

Seram juga ya, bukan lagi soal bikin untung tapi lebih pada bagaimana perusahaan bisa hidup selama mungkin. Disebutkan bahwa ada tiga unsur yang menentukan berapa lama perusahaan itu akan dapat bertahan, yaitu :

  1. Pangsa Pasar (Market Share)
  2. Kepuasan Pelanggan (Customer Satisfaction)
  3. Perputaran Karyawan (Employee Turnover)
Untuk dua hal pertama saya sepenuhnya bisa memahaminya sebagai faktor penentu keberlangsungan perusahaan. Gimana mau bertahan kan jika kalah tempur di pasar ? Pangsa pasar terus menurun karena produk tidak laku. Juga sekiranya kita kalah di pasar karena pelayanan jelek dan ditinggalkan pelanggan. Tapi soal perputaran karyawan ? Sebegitu pentingnya kah ?

Rupanya benar juga. Produk bagus atau jelek, siapa yang menjual ? Karyawan kan ? Kalaupun kita andalkan tenaga penjual lepas, mereka toh masih karyawan juga sebenarnya. Dan, siapa pula nanti yang angkat telepon saat pelanggan tanya garansi produk ? Karyawan kan ? Yang memproduksi barang atau jasa yang kita jual ? Lagi-lagi karyawan.

Terkait dengan kepuasan pelanggan, sami mawon. Sampai ada perusahaan di India yang memulai suatu kampanye yang disebut "Employee First". Intinya, mereka haqqul yakin, tidak akan ada kepuasan pelanggan jika karyawan masih belum puas. Dan matra kepuasan karyawan ini begitu rumit, tidak semata ditentukan gaji yang besar. Seringkali, faktor material bukan lagi penentu.

Bagaimana ? Anda sepakat ? Kita elaborasi lebih jauh dalam diskusi dan tulisan lainnya ?

Tuesday, December 18, 2012

Sukses dalam empat langkah

Menjadi sukses itu adalah suatu tujuan, bisa juga suatu harapan atau suatu obsesi. Yang jelas itu adalah suatu perjalanan. Mengutip sejumlah sumber, bagi banyak orang sukses amat erat dikaitkan dengan pencapaian karir, aspek materi dan aspek sosial seseorang. Sah-sah saja bukan ? Tapi tahukah Anda bahwa sebenarnya untuk menjadi sukses dalam karir, hanya diperlukan 4 langkah sederhana ?

Satu : Tentukan dimana diri Anda berada dan kemana Anda akan menuju

Tentu harus jelas apakah Anda berencana untuk jadi pesulap atau pengusaha atau penyanyi. Tentukan dulu dimana posisi Anda sekarang sebelum tentukan arah kemana Anda akan mengarah. Anda coba refleksikan, apakah Anda punya suara yang menawan atau bakat negosiasi yang tangguh ? 

Anda ingin menjadi penyanyi top tetapi Anda lebih ahli bernegosiasi dan karir Anda justru semakin mengkilap sejak Anda menjadi kepala bidang pengembangan bisnis. Artinya ada yang salah bukan dengan ambisi Anda ? Apalagi jika realitanya rekan-rekan Anda stres berat dengan kualitas suara Anda saat berkumpul di karaoke di akhir minggu.... Waktunya untuk insyaf bukan ?

Penting juga untuk mengetahui dimana Anda berada saat ini dan siapa saja yang akan menjadi pesaing Anda dan siapa saja yang bisa mendukung Anda. Tanpa pengetahuan akan kedua hal ini Anda hanya akan patah arang, frustrasi dan demotivasi, karena merasa gagal, kesulitan untuk berkembang, tidak memperoleh dukungan saat terjebak dalam persaingan yang amat ketat.

Dua : Bermimpi, berimajinasi dan motivasi diri Anda

Setelah urusan arah dan pemetaan diri usai, waktunya untuk bermimpi, memompa imajinasi diri Anda untuk menjadi kreatif dalam upaya yang akan Anda lakukan, dan ujungnya mendongkrak motivasi diri Anda sendiri. Anda lah motivator utama diri Anda sendiri, bukan para motivator yang beken itu. Mereka bukan siapapun dan pastinya memberi motivasi untuk nafkah mereka. 

Imajinasi sering dibutuhkan sebagai katalis untuk kreativitas dan motivasi. Dan faktanya ini adalah suatu hal yang paling mudah dan paling murah di dunia. Sayangnya banyak orang yang underestimate akan hal ini... Bagaimana berani kreatif jika berimajinasi saja takut ?  Padahal tidak bayar, tidak sulit dan tidak melanggar hukum... walaupun kadang-kadang berimajinasi juga berdosa lho.... 

Berimajinasilah yang sehat dan konstruktif. Saat menetapkan tujuan akan menjadi pebisnis sukses, kita bisa memulainya dengan berimajinasi akan "saya mencoba menjadi penguasa pasar produk X dalam lima tahun dengan produk yang berorientasi pada selera lokal dan banyak dikonsumsi oleh orang-orang dengan selera etnik". Ini akan memancing imajinasi berikutnya : "bagaimana caranya menentukan pasar yang sesuai?" atau "produk yang seperti apa yang mudah diterima masyarakat?" dan sebagainya.

Tiga : Anda adalah dengan siapa Anda bergaul. Tentukan siapa saja orang-orang tersebut

Ini soal sulit. Orang tua bilang jangan pilih-pilih teman. Mungkin benar, tapi tidak sepenuhnya bisa saya setujui. Karena faktanya mayoritas orang menjadi miskin, menjadi pemabuk, bangkrut, dan bahkan menjadi kriminal karena pengaruh teman. Walaupun tidak sedikit yang sukses juga karena pengaruh teman. 

Intinya KOLEKSI lah teman sebanyak-banyaknya, SELEKSI lah teman yang pantas menjadi orang-orang yang ada di sekitar Anda. Lalu lakukan INTERAKSI yang optimal dan konstruktif sehingga Anda selalu menjadi orang yang terbarukan dan selalu terinspirasikan. Jika Anda salah langkah bukan tidak mungkin anda akan mengidap HIPERTENSI karena salah pilih teman, dan ujung-ujungnya Anda akan mengalami ELIMINASI dari dunia tercinta karena penyakit Anda tersebut.

Patut diingat, tidak semua orang yang secara natural dekat dengan kita adalah orang yang tepat untuk berada di sekitar kita. Sudah terlalu banyak contoh bahkan pasangan, anggota keluarga dan sahabat sejak kecil menjadi monster dalam hidup seseorang. Tidak perlu dibuang atau dijauhi, cukup dikelola dengan bijaksana dan menjaga "jarak aman" selalu. Setuju ?

Empat : Tentukan fokus, alokasi sumber daya yang dibutuhkan dan ciptakan 'brand' Anda

Fokus itu penting. Tirulah prinsip kaca pembesar yang mengumpulkan panas sinar matahari sebagai sumber daya untuk menciptakan api di titik fokusnya. 

Cerita menarik muncul dari sejarah pasukan Nazi Jerman memukul seluruh Eropa. Saat semua bangsa terlena dengan kemenangan di Perang Dunia I dengan strategi berperang di parit sepanjang garis pertahanan yang panjang, menyebar dan statis, bangsa Jerman mencoba kreatif. Muncullah ide untuk gunakan pemukul utama berupa divisi Panzer dengan kendaraan lapis baja yang cepat dan berdaya dobrak. Walaupun hanya sedikit, tetapi dipusatkan di satu-dua titik saja. Kita sama-sama tahu hasilnya bukan ?

Dari situ muncul brand. Brand menunjukkan kompetensi utama kita dan menjadi suatu garansi dari apa yang kita kerjakan. Saat kita mengkhianati brand kita sendiri maka kita akan jatuh. Kembali ke sejarah Nazi Jerman, setelah sukses dengan brand "Perang Kilat"-nya (Blitzkrieg), mereka terlena dan membuka banyak front. Mereka ulangi kebodohan aneka bangsa Eropa yang ditaklukkan di awal perang. Dan mereka kembali menjadi pecundang di Perang Dunia II.

Pertanyaan kuncinya : sudah tahukah Anda apa brand Anda, apa garansi yang Anda berikan dan apakah pasar Anda mengetahui kedua hal tersebut ?

Friday, September 21, 2012

cukup lima menit

Dalam beberapa hari mendatang saya akan menyongsong satu bagian baru dari hidup saya, saya ditugaskan ke Vietnam, negara tetangga yang memiliki demografis amat mirip dengan negara kita. Penugasan itu sendiri demikian strategisnya sehingga orang tertinggi di regional ini yang pimpin langsung team yang bekerja. Sebagai seseorang yang telah habiskan 16 bulan terakhir terjerembab dalam dari karir yang sebelumnya begitu berhasil, setidaknya dari kacamata saya sendiri, tentu peluang ini bagaikan air di suatu oase... mengobati kerinduan berkontribusi ke perusahaan dan menjadi bagian penting dari kesuksesan suatu company.

Saya pun memperoleh sejumlah peluang pengembangan karir, networking dan tentu ilmu pengetahuan yang langka dan belum tentu bisa diperoleh oleh rekan-rekan lain di kantor saya. Sementara, dari aspek remunerasi sudah terbayang di depan mata kemewahan dan aneka fasilitas disana yang akan saya peroleh. Semua saya pikir wajar saja dan alam pikiran bodoh seorang manusia yang mudah lupa, telah menghinggapi saya juga tampaknya. Di kepala saya hanya ada pikiran bagaimana menyelesaikan penugasan disana dengan baik dan membawa keluarga ke tempat yang eksotik itu. Semuanya berbau duniawi dan self centric.

Tiba-tiba semua berubah saat saya selesai makan siang selepas shalat jumat membuka sejumlah website terkait Vietnam dan membaca aneka berita sebagai referensi akan rencana kepergian saya. Entah darimana, mungkin saya salah ketik atau salah klik ke link yang tersedia, saya disuguhkan ke suatu halaman yang berisi artikel mengenai etos kerja orang Vietnam, trauma sisa perang dan anak-anak yang kurang beruntung baik akibat efek langsung dari perang maupun kemiskinan yang timbul sebagai akibatnya.

Sungguh amat melukai hati saya melihat foto-foto bayi-bayi yang setelah satu-dua generasi masih cacat karena terpapar efek penggunaan bom kimia dan zat beracun oleh Amerika Serikat di perang Vietnam. Bukan hanya cacat fisik ternyata, namun juga retardasi mental dan aneka akibat buruk lainnya termasuk efek psikologis. Juga ditampilkan foto-foto mengenai obyek wisata ex perang berupa museum perang Vietnam dan situs-situs ex perang seperti terowongan, kamp konsentrasi dan sisa-sisa senjata berat yang digunakan. Membaca cerita mengenai pembantaian yang dilakukan terhadap rakyat sipil oleh prajurit asing di tanah mereka, tanah yang tidak bisa lagi ditanami karena hancur strukturnya terkena bom napalm yang membakar, termasuk mereka yang cacat karena luka bakar parah akibat bom tersebut.

Gambaran pedih muncul saat terpampang foto satu keluarga yang cacat mental dengan orang tua yang cacat fisik akibat perang, baik amputasi maupun bekas luka bakar, keluarga ini hidup dari membuat dan menjual kue khas vietnam, seperti serabi saya melihatnya, dan ketiga bersaudara itu menjajakan kue tersebut dengan berjalan mempergunakan tangan karena kedua kaki mereka yang tidak ada sejak lahir karena sang ibu terpapar radiasi. Merekapun menderita retardasi mental sehingga berapapun yang diberi orang mereka senang, karena tidak paham nilai uang...

Cukup lima menit halaman itu merubah isi kepala saya. Cukup lima menit untuk merubah berbagai optimisme yang ada di kepala saya menjadi suatu rasa sedih dan menyesal karena saya lupa memperhitungkan bahwa tempat yang saya kunjungi tersebut pada suatu waktu di masa lampau (dan mungkin hingga saat ini) menjadi panggung pertunjukan tragedi kemanusiaan yang panjang dan amat kejam. Rasanya saya merasa tidak pantas dengan tawaran untuk hidup di apartemen mewah senilai nyaris dua juta rupiah per malamnya sementara di negara tersebut bahkan seorang lulusan sarjana pun harus puas dengan gaji kurang dari separuh nilai tersebut setiap bulannya.

Saya pun kembali mendarat di bumi, tempat dimana negara yang membesarkan saya berada, tempat dimana begitu banyak kemiskinan setara juga merajalela sebagaimana yang pernah saya saksikan sendiri di sejumlah perjalanan yang saya lakukan ke berbagai sudut nusantara. Pada akhirnya, sesaat sebelum saya memulai tulisan ini, saya bersyukur, saya diingatkan kembali akan pentingnya untuk tetap sederhana, mengambil yang dibutuhkan saja bukan yang diinginkan, dan berkontribusi untuk mereka yang kurang beruntung di sekitar kita.  

Wednesday, August 8, 2012

10 Tanda Anda Nyaman Di Kantor


Manusia pekerja kantoran di dunia modern rata-rata menghabiskan waktu 12-14 jam dalam sehari di luar rumah, dengan rincian 9-10 jam di kantor/pekerjaan dan 3-4 jam di perjalanan dari rumah menuju kantor. Bilangan ini menunjukkan 50% hingga 58% dari waktu kita dalam sehari yang cuma 24 jam saja. Dan jika kita hitung dari waktu yang kita miliki sepanjang minggu sebanyak 168 jam saja, angka ini merepresentasikan 36% hingga 42% dari total waktu yang kita punya tersebut. Lalu bagaimana halnya jika kita tidak merasa bahagia, tidak lagi bersemangat dan tidak lagi merasa nyaman di kantor ? Tentu kita akan masih bisa tetap hidup, tetapi perlahan "api" dalam diri kita akan mengecil dan padam. Sering hal ini mengakibatkan kita sakit-sakitan, temperamen tinggi dan bahkan menjadi pecandu hal-hal yang negatif sebagai pelarian, misalkan alkohol, belanja tak terkontrol, berjudi dan bahkan narkotika.

Lalu seperti apa tanda-tanda Anda merasa bahagia, nyaman dan bersemangat di kantor ? Ada banyak, namun ini adalah 10 tanda yang paling umum ditemui :

1. Merasa Bahagia Saat Akan Menuju Kantor dan Merasa Ada Yang Hilang Saat Akan Meninggalkan Kantor

Mereka yang tidak bahagia dan bersemangat di kantor tentu akan berusaha sebisa mungkin menghindari kantor. Sadar atau tidak, hal ini menimbulkan penolakan sehingga selalu merasa marah atau tertekan saat akan ke kantor dan merasa lega atau "lepas" saat jam kantor berakhir. Sebaliknya mereka yang bahagia dan masih bersemangat di kantor akan merasa bahagia saat menuju kantor dan bahkan sebisa mungkin menunda jam pulang. Aneh, tapi ini adalah gejala yang paling umum.

2. Merasa Tidak Terlalu Membutuhkan Cuti Atau Istirahat

Mereka yang bahagia dan masih bersemangat di kantor akan merasa bahagia saat bekerja atau bersosialisasi di kantor. Akibatnya mereka merasa akhir minggu, cuti dan absen sakit hanyalah pengganggu rutinitas dan kebahagiaan yang mereka jalani setiap hari. Tidak heran sering kita temui orang-orang seperti ini di kantor yang sampai bersitegang dengan HRD karena jatah cuti yang masih utuh atau ngotot tetap bekerja sekalipun sudah jelas terlihat tidak sehat.

3. Tidak Terlalu Banyak Absen Karena Sakit, Terutama Sakit Ringan Dan Di Awal Minggu

Sama seperti uraian di atas, kecuali patah tulang karena terjatuh dari tangga, atau terkena demam berdarah dengue, orang-orang yang merasa "homy" dengan kantornya akan menolak keras untuk dilarang masuk kantor. Apalagi jika cuma batuk pilek dan influenza, sekalipun akan menulari rekan-rekannya di kantor mereka akan cuek. Lucunya lagi, mereka selalu bilang "Thanks God It's Friday" dan "Oh My God It's Monday Again" tetapi ekspresi wajahnya bertolak belakang. Mereka umumnya begitu bersemangat di hari Senin dan biasa-biasa saja di hari Jumat. Sering pula terceletuk dari mulut mereka "Ayo semangat dooong kan baru hari Senin nih". Nah..!

4. Selalu Ada Keinginan Untuk Melibatkan Diri Dalam Aneka Aktivitas Dan Event Di Kantor

Namanya juga merasa homy, office feels like home. Aktivitas dan event apapun yang diselenggarakan di kantor selalu dihiasi kehadiran dan kontribusinya. Bukan hal yang aneh jika mereka bahkan sering menjadi volunteer dan cukup sibuk di aneka perhelatan tersebut. Ya namanya juga seperti bikin acara di rumah sendiri kan ?

5. Merasa Kehidupan Pribadi Cukup Berwarna Dengan Dominasi Dari Kehidupan Kerja Di Kantor

Mereka yang bahagia dan masih bersemangat di kantor akan merasa kehidupannya tidak ada yang salah dengan dominasi kehidupan kerja di dalam kehidupan pribadinya. Maka tidak terlalu aneh jika kita dapati mereka ini umumnya single. Bahkan ada yang sampai berusia cukup lanjut untuk berkeluarga masih bertahan dengan status singlenya. Pada dasarnya mereka tidak merasa ada yang salah atau kurang dari kehidupan mereka. Dan ini sah-sah saja sebenarnya bukan ?

6. Merasa Selalu Ada Keinginan Untuk Berlibur Atau Bersenang-senang Dengan Kawan Di Kantor

Kolega kantorku adalah keluargaku. Mungkin ini yang dipikirkannya. Maka cukup jamak kita temui orang-orang seperti ini menjadi aneh sebagai satu kawanan. Berlibur ke luar kota atau ke luar negeri sekalipun dengan kawan-kawan di kantor yang kadang menjadi lawan debat dan bertengkar saat bekerja. Masih pula di akhir minggu adakan arisan, acara masak bareng atau acara nonton bareng dengan rekan di kantor. Apa nggak bosen ya ? Tapi ya itulah, kolega sudah dianggap menjadi keluarga.

7. Tidak Terlalu Memusingkan Pendapatan Dan Benefit Yang Diterima Sekalipun Mungkin Kurang

Saat kenyamanan batin menjadi prioritas, seringkali hal-hal yang bersifat material tidak menjadi penting lagi selama mencukupi kebutuhan dasar. Mudah kita lihat orang-orang seperti ini cenderung stagnan dalam karir, tidak mudah protes dan cenderung masa bodoh dengan pendapatan serta benefit yang diterimanya. Malah reaksi awal yang sering dilontarkan saat ditawari suatu posisi menarik di perusahaan lain adalah "Ah nanti kalau disana tidak senyaman disini gimana ? Kan uang bukan segalanya buat kita...". Percuma lah membujuk kalau sudah keluar statement ini.

8. Tidak Terlalu Peduli Pada Kompetisi Di Kantor Maupun Di Dunia Kerja Serta Kinerja Perusahaan

Ini sejalan dengan poin di atas. Orang-orang yang merasa nyaman dengan pekerjaannya dan kantornya cenderung berkurang ambisi dan drive untuk suksesnya di dalam pekerjaan. Mereka tidak lagi punya rasa "haus" akan sukses, promosi, mencapai target dan standar kualitas kerja. Namanya merasa di rumah sendiri ya tidak heran mereka pun tidak ambil pusing apakah tinggal dia sendiri yang belum naik pangkat, atau misalkan perusahaannya tidak ngetop-ngetop amat. Yang penting nyamaaan..!!!

9.  Kegagalan Dalam Proyek Atau Tugas Di Pekerjaan Tidak Pernah Terasa Terlalu Menyakitkan

It's all just the game, somebody wins and some others lose. Itulah kira-kira prinsip yang umum dianut mereka yang bahagia di kantor dan pekerjaannya. Jika diberi tugas dan gagal, mereka mudah bangkit, melupakan kegagalan dan tidak sulit untuk digerakkan kembali mengulang kembali atau memulai penugasan baru. No hard feeling... Ini salah satu sisi positif yang banyak diakui dari mereka yang nyaman dengan perusahaan dan pekerjaannya.

10. Merasa Batas Kehidupan Pribadi Dan Kehidupan Profesional Tidak Perlu Terlalu Ketat

Pada akhirnya, cukup banyak terutama bagi yang sudah berkeluarga, yang sulit untuk bersikap proporsional terhadap privacy. Jadi, sekalipun sudah berkeluarga, batas kehidupan pribadi dan profesional cenderung ditipiskan. Maka jadilah anak dan pasangan menjadi anggota keluarga baru di kantor. Acara apapun maka mudah ditemui anak dan pasangannya, pasangannya pun kenal baik dengan banyak orang di kantor, dan ringan saja orang kantor menelpon ke rumah untuk bertanya "Si X ada di situ nggak ?" atau sebaliknya pasangan yang menelpon ke kolega di kantor bertanya "Si X sudah pulang makan siang ?".

Pada akhirnya sih, berpegang pada prinsip "mereka yang ada di zona nyaman cenderung tidak lagi produktif dan kompetitif" maka saya tidak terlalu ingin untuk merasa nyaman dan tenteram di kantor. Bagaimana dengan Anda ?

on twitter @katjoengkampret | e-mail to katjoengkampret@aol.com

Friday, August 3, 2012

MENJADIKAN KEHAMILAN SETELAH USIA IDEAL LEBIH MENYENANGKAN


MENJADIKAN KEHAMILAN SETELAH USIA IDEAL LEBIH MENYENANGKAN

Wow... punya bayi lagi yang lucu dan menggemaskan .. Suatu pengalaman luar biasa ! Bagaimana jika pengalaman ini hadir di usia yang sudah tidak "ideal" lagi dan tanpa perencanaan terlebih dahulu alias "kebobolan" ?

Memang anggapan ideal dari sisi medis, finansial, psikologis dan sosial budaya cenderung sepakat usia terbaik untuk hamil adalah pada rentang usia 24 - 35 tahun. Itulah disebut usia emas bagi seorang wanita untuk mengandung dan melahirkan anak. Berbagai aspek pendukung juga cenderung mengarah pada rentang usia tersebut. Namun siapa bilang setelah usia tersebut kehamilan menjadi tidak menyenangkan lagi ? Justru berbagai hal yang telah dijalani di periode sebelumnya bisa menjadi aspek hiburan yang menyenangkan di usia yang dianggap tidak lagi ideal tersebut.

Sering ada anggapan bahwa jika nasi sudah menjadi bubur maka tidak bisa dijadikan nasi lagi, tapi kita bisa menjadikan bubur yang enak. Bagaimana caranya ?

1. Bermain Musik dan Mendengarkan Musik

Musik banyak dianjurkan pada ibu hamil karena dipercaya dan telah dibuktikan melalui sejumlah penelitian ilmiah akan membuat janin tumbuh sehat, nyaman dalam kandungan dan lebih cerdas saat lahir. Bermain musik atau sekedar mendengarkan musik sendiri merupakan suatu kesenangan dan aktivitas yang mengasyikkan bagi banyak orang, tidak terkecuali para ibu hamil. Efek relaksasi yang muncul tentu juga bermanfaat bagi Anda yang tengah berjuang mengatasi rasa lelah, mual dan tidak nyaman. Buatlah jadwal rutin untuk bermain musik jika Anda bisa memainkan suatu instrumen musik. Jangan sampai kelelahan lho ! Anda bisa kombinasikan dengan duduk atau berbaring rileks mendengarkan musik kesukaan Anda.

Saran ideal adalah mengalokasikan waktu sekitar 30-45 menit sehari untuk aktivitas bermusik ini. Anda bisa lakukan upacara rutin ini bersama suami dan anak-anak Anda. Anak-anak yang sudah beranjak besar bisa diperkenalkan dengan beberapa lagu dan nyanyian khas seputar kelahiran adik kecil dan ninabobo bayi. Aktivitas ini bahkan bisa menjadi lebih menyenangkan jika anak-anak Anda sudah belajar memainkan instrumen musik. Tentu hiburan yang menyenangkan bagi seluruh penghuni rumah untuk berlatih memainkan suatu lagu bersama-sama dan bernyanyi bersama-sama.

2. Berbelanja Keperluan Persalinan dan Keperluan Bayi

Secara umum, kondisi finansial Anda jauh lebih baik dibanding 5 hingga 10 tahun lalu saat Anda mengandung pertama kali. Anda pun juga telah menjadi seorang calon Ibu yang lebih matang, berpengalaman dan tahu apa yang dilakukan dan diperlukan. Berbelanja keperluan persalinan dan keperluan bayi akan menjadi alternatif kegiatan yang menyenangkan bagi Anda. Anda tidak lagi terlalu dibatasi budget. Anda pun sudah tidak lagi salah beli atau salah pilih karena Anda sudah lebih berpengalaman. Anda kini bisa dengan leluasa fokus pada model, corak, warna dan aneka aspek asesoris tanpa perlu terlalu khawatir "over budget".

Anda bisa lakukan ini bersama suami, atau bahkan anak-anak Anda yang sudah mulai besar. Libatkan mereka dalam aktivitas ini dan jika perlu buatkan "portofolio" mereka sehingga mereka kelak akan merasa berkontribusi dan punya andil dalam persiapan kelahiran adik mereka. Tentu ini akan berimbas positif pada relasi kakak adik yang tercipta, dan meminimalkan "sibling effect" dimana si kakak merasa tersaingi dan berkompetisi dengan si adik bayi.

3. Berinteraksi Dengan Anak-anak Yang Sudah Beranjak Besar

Di saat banyak calon ibu yang mengandung di usia yang sudah tidak ideal lagi mengeluhkan keberadaan anak-anak yang sudah besar, para psikolog cenderung menjadikan anak-anak ini sebagai katalis dan faktor positif penunjang kehamilan tersebut agar lebih nyaman dan lebih mudah dijalani. Dibalik aneka kerepotan mengurus para boss kecil ini, Anda dapat mengarahkan mereka untuk menjadi supporter kehamilan Anda dan ajak mereka berkontribusi dengan cara dan ekspresi mereka sendiri.

Dimulai dari hal sederhana, mendiskusikan "apa yang ingin kau ajarkan pada adik kecilmu nanti ?", hingga diskusi yang lebih serius dan menantang seperti "ibu akan jelaskan bagaimana adik kecil tumbuh di dalam perut ibu". Alat bantu visual dan referensi tentu diperlukan dan Anda bisa memperolehnya dari toko buku atau internet. Dan bahkan berburu bahan acuan ini pun bisa menjadi suatu aktivitas yang menyenangkan.

Saat mengasuh para kakak ini pun Anda bisa jadikan mengandung dan kelahiran adik kecil sebagai topik. Saat Anda berperan sebagai ibu guru, Anda bisa berikan topik "mengasuh adik" sebagai tema aktivitas menggambar atau bercerita. Anda bisa pula minta mereka untuk mencoba menggambar atau menginventarisasi kelengkapan bayi yang mereka ketahui. Hal ini tentu akan menyenangkan terlebih juga membantu Anda untuk mengingat-ingat apa-apa saja yang mungkin belum terpikirkan oleh Anda.

Lebih jauh Anda bisa mulai ajak anak-anak untuk berkontribusi dan turut serta mempersiapkan kehadiran adik kecil. Hal sederhana seperti melipat popok atau baju adik kecil bisa mulai diajarkan kepada para kakak ini. Tentu tidak akan sempurna, tetapi toh masih ada waktu untuk merapikannya bukan ? Lebih penting mereka merasa welcome dengan kehadiran adik kecil, dan Anda memperoleh alternatif aktivitas yang menyenangkan untuk mengisi periode mengandung Anda kali ini.

4. Mempersiapkan Pernak-pernik Keperluan Bayi Sendiri

Anda seorang penjahit yang ulung ? Beruntunglah Anda, karena Anda bisa mempersiapkan sejumlah keperluan bayi Anda secara hand made. Selain lebih hemat, Anda juga akan memperoleh aktivitas yang menyenangkan. Jangan lupa, Anda akan memperoleh kebebasan tidak ternilai untuk menentukan corak dan model yang Anda kehendaki.

Bagaimana jika Anda bukan seorang penjahit ulung bahkan tidak bisa menjahit sama sekali ? Tidak pernah terlalu terlambat untuk mulai mengasah keahlian ini, atau Anda dapat batasi diri Anda untuk dua atau tiga item saja yang akan Anda buat sendiri. Online course di internet begitu melimpah termasuk aneka corak, model dan variasi asesoris. Mengikuti kelas menjahit pun bisa jadi suatu alternatif dan tidak akan terlalu lama, beberapa minggu aktivitas di kelas dan Anda bisa memulai proyek Anda sendiri. Mendiskusikan corak, bentuk, model dan asesoris dengan para kakak atau suami Anda pun bisa jadi suatu sesi interaksi selingan yang tentu akan menyenangkan.

Apakah Anda mengetahui bahwa sejumlah raksasa industri pakaian bayi dan baby fashion memulai bisnisnya secara kebetulan karena terlalu asyik dengan aktivitas ini ?

5. Berolahraga dan Meditasi

Olah tubuh dan olah rohani menjadi suatu saran yang amat dianjurkan. Tentu dengan sepengetahuan dokter Anda untuk menghindarkan hal-hal yang tidak diinginkan. Sejumlah aktivitas low impact, termasuk berenang, berjalan kaki, bermain bersama anak-anak yang mulai besar bisa menjadi ajang olah tubuh yang sehat dan rileks bagi Anda. Bagaimana dengan meditasi ? Ini pun amat disarankan. Beberapa variasi olah nafas pun dapat Anda ikuti, baik secara mandiri maupun mengikuti kelas yang tersedia di aneka fitness center atau community center terdekat.

Lebih jauh lagi disebutkan bahwa interaksi sosial yang tercipta sebagai manfaat lain dari olahraga atau olah rohani, pun menjadi suatu hal yang bermanfaat bagi Anda.

6. Memasak, Menulis dan Berkreasi Seni

Aktivitas memasak pun bisa jadi berbeda kali ini. Anda bisa mencoba aneka resep baru khusus untuk Ibu hamil yang bisa Anda peroleh di aneka sumber, baik di toko buku maupun majalah dan internet. Anda bisa melakukan suatu perencanaan stratejik dengan mencoba aneka resep yang mudah dan cepat disajikan untuk keluarga Anda sebagai antisipasi saat si adik kecil sudah lahir dan waktu Anda pun lebih terbatas. Melibatkan anggota keluarga yang lain dalam proses ini pun akan menyenangkan.

Alternatif lain adalah mengekspresikan diri Anda lewat karya seni. Banyak medium yang bisa dipilih. Bisa gips, kanvas, cat air atau cat minyak, bahkan pensil dan pena pun bisa Anda gunakan jika Anda gemar membuat sketsa. Pengguna komputer dan penggemar aplikasi Photoshop bisa berkarya dengan bantuan komputer dan kamera digital. Proses ini bisa makan waktu lama dan tentu menjadi suatu proses kreatif yang menyenangkan. Jangan pula lupakan bahwa aktivitas menjahit perca, menyulam dan membuat kerajinan lainnya termasuk dalam aktivitas yang amat disarankan ini.

Jika Anda seseorang yang suka menulis, segerakan diri Anda ke depan komputer dan mulai menuangkan ide. Tidak harus berbentuk novel. Anda bisa mulai dengan jurnal. Atau catatan perjalanan Anda di waktu lampau. Anda juga bisa buat suatu catatan akan suatu kejadian, atau artikel. Ini adalah suatu proses kreatif yang menyenangkan dan bisa membunuh waktu dengan cara yang produktif.

Friday, July 27, 2012

Faktor Kesuksesan Menurut Matriks Kesadaran dan Kompetensi


Di suatu penerbangan dari Bali menuju Jakarta, saya membaca di majalah yang disediakan maskapai tersebut suatu artikel mengenai pengembangan diri berbasis kesadaran akan kemampuan. Disebutkan bahwa setiap manusia untuk setiap hal akan melalui empat fase berikut ini :
  1. Unconscious Incompetence ; fase dimana seseorang tidak menyadari bahwa dirinya tidak mampu melakukan suatu pekerjaan
  2. Conscious Incompetence ; fase dimana seseorang menyadari bahwa dirinya tidak mampu melakukan suatu pekerjaan
  3. Conscious Competence ; fase dimana seseorang menyadari bahwa dirinya mampu melakukan suatu pekerjaan
  4. Unconscious Competence ; fase dimana seseorang tidak lagi menyadari bahwa dirinya mampu melakukan suatu pekerjaan

Disebutkan contoh terbaik dan paling umum adalah mengemudikan mobil. Awalnya saat kita merasa belum perlu mengemudikan mobil (bisa karena memang tidak perlu atau karena memang belum punya mobil), maka kita ada di fase pertama : kita tidak menyadari bahwa kita tidak mampu mengemudikan mobil. Kemudian pindah rumah dan membeli mobil, ada kebutuhan atau "desakan", maka ini yang akan sadarkan diri bahwa kita harus bisa mengemudikan mobil, maka ada di fase kedua : kita tersadar bahwa kita tidak mampu mengemudikan mobil.

Setelah berlatih dan memiliki persyaratan yang dibutuhkan, jadilah kita seseorang yang bisa, bahkan cakap, untuk mengemudikan mobil. Pada titik ini maka kita ada di fase ketiga : kita sadar sepenuhnya bahwa kita mampu mengemudikan mobil. Lama sesudahnya, kita menjadi fasih mengemudikan mobil, bahkan dari berbagai tipe mobil dengan variasi teknisnya serta aneka rintangan yang ada di jalan raya. Disini kita ada di fase terakhir : kita tidak sadar bahwa kita mampu mengemudikan mobil. Apakah saat ini bagi Anda yang rutin mengemudikan mobil menggunakan pikiran sadar "ooh saya harus injak kopling sebelum memindahkan gigi" ? Atau pikiran "wah kendaraan di depan amat lambat, mungkin dengan menambah gas maka saya akan lebih cepat dan bisa mendahuluinya"... Tidak seperti itu bukan ? Semua berjalan dengan instink, dan pikiran baru digunakan saat kondisi bukan suatu yang rutin, misalkan macet, Anda berpikir "apakah lewat situ lebih lancar ?".

Dalam pekerjaan dan kaitannya dengan keahlian atau kompetensi teknis apalagi manajerial, keempat fase tersebut amatlah relevan. Kita melihat bahwa titik paling diharapkan adalah di fase keempat. Namun titik kritis sebenarnya adalah saat perpindahan dari fase pertama ke fase kedua. Begitu banyak orang di sekitar kita yang tidak merasa perlu untuk berubah sekalipun perubahan tersebut sudah mendesak. Kesadaran tidak kunjung muncul bahwa ia tidak kompeten di area tersebut dan harus melakukan sesuatu agar dirinya berubah menjadi kompeten. Apalagi jika sudah berada di zona nyaman, sudah hampir pasti kesadaran itu akan sulit muncul.

Pribadi yang unggul adalah pribadi yang melampaui keempat fase tersebut. Ia menjadi pribadi yang sadar sepenuhnya akan kekurangan, lalu memperbaikinya, menjadi ahli di bidang tersebut dan secara naluriah mengimplementasikan keahlian tersebut di berbagai bidang dan tantangan yang dihadapinya. Diibaratkan ia memiliki suatu senjata yang mumpuni dalam bertarung. Namun, semua orang akan terdorong untuk demikian bukan ? Lalu dimana faktor pembeda antara si sukses dengan si biasa-biasa saja ?

Akhir-akhir ini dikembangkan wacana dan teori mengenai fase kelima, yaitu "Conscious Competence of Unconscious Competence". Suatu kemampuan untuk menyadari bahwa ia (mungkin) memiliki potensi/kompetensi yang tidak (atau belum) disadarinya. Siapapun yang sampai di titik ini dan melakukan sesuatu yang ekstra untuk mengetahui apakah potensi/kompetensi yang belum disadari tersebut, akan memperoleh "tambang emas" dalam dirinya. Inilah menurut banyak pendapat para ahli psikologi dan manajemen yang menjadi pembeda antara para pribadi unggul dengan pribadi sukses.

Menjadi unggul saja tidaklah cukup. Penting bagi kita untuk mempertahankan keunggulan ini secara konsisten, lalu menciptakan faktor pembeda, differentiating factor. Bukankah ahli manajemen Jack Trout sudah lama menggaungkan "Differentiate or Die" ? Tanpa faktor pembeda ini kita hanya akan menjadi si biasa-biasa saja.

Siapkah Anda untuk menjelajah ke fase kelima ini ?

on twitter @katjoengkampret | e-mail : katjoengkampret@aol.com

Tuesday, July 17, 2012

Berpikir Seperti Orang Sukses


Ingin sukses ? Siapa yang tidak ?

Tapi apa ukuran sukses yang dipakai ? Banyak, bisa apa saja, dan sebaiknya Anda tetapkan kriteria tersebut sesuai dengan nilai yang Anda percayai.

Lalu bagaimana cara menuju sukses ? Banyak, tapi kita mulai dari berpikir seperti orang sukses. Apa saja tuh ? Coba simak Magnificent Seven Tips berikut ini :

1. Memaksimalkan hal positif dan meminimalkan hal negatif

Orang sukses umumnya pandai dan jeli dalam menilik mana hal yang baik dan yang tidak, namun lebih jauh lagi, mereka tidak menolak atau menerima begitu saja. Orang sukses tidak menyalahkan siapapun atas hal yang negatif, mereka melakukan hal yang konstruktif dengan mereduksi dampaknya dan menjadikan hal negatif sebagai komponen penyeimbang. Di sisi lain, mereka selalu berusaha mencari celah untuk menjadikan hal positif menjadi semakin menguntungkan.

Lalu apa bedanya dengan mereka yang tidak sukses ? Si loser umumnya sibuk meratapi dan menyalahkan aneka pihak atas hal negatif dan membiarkan dirinya "tergulung" dampak negatif tersebut, bahkan sampai lupa untuk memaksimalkan potensi dari hal positif. Seringkali malah mereka tidak tahu ada hal yang positif.

2. Mengembangkan spiritualitas diri

Tidak bermaksud mengasosiasikan poin ini dengan religiusitas, namun faktanya nyaris tiap orang sukses memiliki aspek spiritualitas yang kental. Selalu muncul aspek spiritual dalam langkah-langkah yang diambil, dan ujungnya menciptakan ABC (attitude-behavior-character) yang unik, menarik dan mendukung kesuksesannya.

Sementara bagaimana dengan mereka yang tidak sukses ? Disebutkan 5 sikap umum para pecundang : harga diri yang terlalu tinggi, negatif dan pesimistis, di sisi lain arogan dan sombong, merasa sukses dan kegagalan tidak terkait dengan Yang Maha Kuasa, serta keserakahan dalam berbagai bentuk dan tingkatan.

Pernah mendengar bahwa orang sukses umumnya (diam-diam maupun terbuka) memiliki jiwa sosial yang tinggi dan idealisme dalam menyikapi kesuksesannya dalam bentuk keinginan berbagi dan menjadikan orang lain sukses pula ?

3. Percaya pada diri sendiri

Tidak ada orang sukses yang tidak percaya diri. Mungkin ada si sukses yang pemalu dan tertutup, tetapi mereka bukanlah orang yang tidak percaya diri. Kita tengah ramai membahas kemenangan Jokowi di putaran pertama pemilihan gubernur baru-baru ini. Wakilnya menyebut bahwa sosoknya adalah amat sederhana, santun, cenderung tidak menonjol dan tidak suka menonjolkan diri, serta tidak sadar jika ia pintar. Bahkan seringkali tidak meyakinkan tetapi ia sendiri yakin akan gagasannya. Faktanya : nyaris semua gagasannya terlaksana dengan baik dan berbuah manis di pemerintahannya di lingkup kota Solo.

Saat seseorang tidak percaya diri, ia cenderung menjadi defensif, menarik diri, negatif, pesimis dan bahkan mencari pembenaran atas kemunduran sikapnya. Inilah ciri yang paling mudah ditemui dari mereka yang tidak sukses. Mereka selalu sukses mencari alasan untuk kegagalan atau ketidakmajuan mereka. Sukses yang negatif !

4. Membangun reputasi dan 'brand'

Reputasi dan brand yang dimaksud tentu adalah dalam konteks yang positif dan membangun. Keduanya terbangun di atas ABC (attitude-behavior-character) yang baik dan kuat. Nyaris semua orang sukses memiliki sikap yang progresif dan positif, memiliki kebiasaan-kebiasaan yang konstruktif dan optimis, serta memiliki karakter yang kuat dengan dukungan nilai-nilai yang positif. Secara perlahan dan tidak disadari, semua hal tersebut sebenarnya menjadi suatu "merek" yang akan berperan besar dalam kesuksesan seseorang.

Bagaimana dengan para pecundang ? Umumnya terasosiasi dengan reputasi dan merek sebagai pemalas, sedang-sedang saja, suka menunda, seadanya.... dan parahnya selalu memiliki alasan untuk menjustifikasi cap buruk yang melekat pada diri mereka.

5. Berpikir terbuka, optimis dan realistis

Siapa yang bisa menerima ide bahwa manusia bisa terbang ? Manusia bisa menyelam hingga kedalaman ribuan meter ? Manusia bisa mendarat di bulan ? Tidak ada satupun di masa-masa dimana gagasan itu awalnya dikemukakan secara terbuka. Kemampuan berpikir terbuka atas segala kemungkinan dan masukan, dikombinasikan dengan sikap optimis yang realistis secara konsisten akan menggiring ide yang paling liar sekalipun untuk dapat diterima dan diwujudkan.

Ingat cerita Colombus dan telurnya ? Bahkan saat Colombus berhasil menunjukkan cara mendirikan telur rebus pun lawan-lawannya masih berseloroh "jika demikian maka kita juga bisa". Itulah sebabnya kita mengenal nama Colombus dan tidak mengenal satupun nama dari 12 orang penentangnya tersebut.

6. Win-win Solution secara persisten

Tidak ada yang suka kalah dan dikalahkan. Dan tidak ada yang bisa sukses sendirian selamanya. Kedua hal itu menjadi dasar mengapa kita harus selalu persisten dan konsisten untuk mengupayakan solusi terbaik bagi semua pihak. Untuk apa ? Agar tidak ada yang merugi, dan tidak ada yang tidak didukung. Yang harus dihindarkan adalah kemenangan besar hari ini untuk kalah besar esok hari. Sialnya saat kita kalah besar esok hari tidak ada tangan yang bisa menarik diri kita untuk bangkit kembali. Mengupayakan win win solution secara persisten akan menggiring semua pihak membentuk aliansi yang strategis dan positif, karena sama-sama merasakan manfaat berinteraksi dengan diri kita.

7. Melayani sembari mengembangkan value

Nyaris semua orang sukses memiliki kunci kesuksesan yang sama : melayani dan mengembangkan value. Apapun pekerjaan, bidang usaha dan keahlian kita, pada dasarnya ditujukan untuk melayani dan memberikan nilai tambah. Bahkan seorang presiden pun sebenarnya bertugas melayani rakyatnya dalam pengelolaan negara bukan ?

Arogansi dan aneka keengganan untuk melayani hanya akan memperburuk keadaan dan mempersulit jalan seseorang menuju sukses. Dan ini adalah salah satu ciri yang paling mudah ditemui di mereka yang menjadi pecundang. Ada yang pernah melihat pengamen yang serius, berusaha merdu dan tampil sopan serta simpatik memperoleh imbalan sukarela yang lebih besar dan diberikan dengan senyum dari pemberinya ?

Wednesday, July 4, 2012

Mau Pindah Kerja : Perhatikan Nego Gaji & Benefit ! - Part 1


Siapa sih yang tidak mau punya pekerjaan yang asik, suasana kerja yang asik dan lingkungan kerja yang kondusif ? Apalagi disertai dengan atasan yang konstruktif, job description yang jelas, job target yang fair dan team kerja yang optimis dan positif ? Eiitssss nanti dulu. Jangan lupa : gaji dan benefit ! Jangan sampai kita lupa akan negosiasi gaji dan benefit yang pantas untuk pekerjaan baru tersebut. Lalu seperti apakah "pantas" itu sebaiknya ?

SKEMA GAJI

Ada tiga detail penting saat negosiasi gaji, menyangkut skema pembayaran gaji, yaitu :
(1) Apakah gaji pokok yang dibayarkan adalah 'net after tax' ataukah masih gaji pokok kotor 'gross before tax' ? Besar lho komponen pajak penghasilan itu...
(2) Apakah gaji pokok itu dibayarkan sebagai komponen terintegrasi ataukah dipecah atas dasar gaji bulanan dan insentif periodik ? hati-hati... ini jebakan !!!
(3) Apakah ada klausula kontrak kerja atau penawaran kerja yang mengharuskan Anda membayar jumlah tertentu saat Anda pindah kerja ke tempat lain ?

Merujuk kepada item nomor dua di atas, sebaiknya Anda berhati-hati. Sejumlah perusahaan, terutama perusahaan lokal, mulai mengakali perpajakan dan beban tenaga kerja mereka dengan skema split compensation. Seperti apa itu ? Misalkan di perusahaan lama Anda memperoleh gaji net Rp 4 juta/bulan. Setahun Anda akan memperoleh kompensasi net sebesar Rp 4 juta x 13 (karena ada THR kan ?) = Rp 52 juta.

Di perusahaan baru Anda memperoleh gaji net Rp 4.8 juta/bulan dengan skema split compensation : 75% sebagai monthly salary dan 25% dibayarkan setiap 3 bulan sebagai "quarterly incentives". Apa yang terjadi ? Setiap bulan Anda akan menerima hanya Rp 4.8 juta x 75% = Rp 3.6 juta --> atau anda turun gaji Rp 400 ribu/bulan atau 10%. Dan dalam perhitungan bonus atau insentif lainnya, maka yang diperhitungkan sebagai faktor gaji pokok adalah Rp 3.6 juta, BUKAN yang Rp 4.8 juta !!!

Sementara soal item nomor tiga, umumnya terjadi jika ikatannya berupa kesepakatan kerja waktu tertentu (KKWT). Jadi misalkan ikatan kerja Anda berupa KKWT untuk 12 bulan, lalu perusahaan memberhentikan Anda di bulan ke 7, maka Anda berhak memperoleh pembayaran utuh untuk 5 bulan sisanya. Dan sebaliknya, jika Anda berhenti kerja untuk pindah ke perusahaan lain di bulan ke 9, maka Anda akan wajib membayar denda sebesar 3 bulan gaji Anda di sisa masa kontrak. Jangan sampai terlewatkan klausula ini karena ini adalah bentuk kesepakatan kerja sepihak yang banyak digugat. Jangan sampai terjebak pada klausula ini di kontrak Anda.


SALARY INCREASE

Dalam berhitung salary increase di Indonesia, cukup pelik. Mengapa ? Karena faktor inflasi yang menteror finansial kita dan perusahaan. Walaupun pemerintah sibuk berkoar tingkat inflasi hanya 6-7% saja per tahun, realitanya itu memperhitungkan ratusan faktor, termasuk harga kol gepeng, wortel, telur dan daging sapi segala. Kita tidak gitu-gitu amat kan ? Kalkulasi wajar untuk masyarakat kelas menengah di kota besar Indonesia, tingkat inflasi wajar sebenarnya antara 12-15% per tahun !!!

Artinya, jika perusahaan bermurah hati berikan Anda kenaikan gaji tahunan berbasis merit increase on living cost adjustment sebesar 10% sebenarnya Anda malah minus. Daya beli Anda berkurang antara 2-5%. Makin lama Anda bekerja di suatu perusahaan, makin tekor dan makin miskin Anda secara konsep moneter.... Untuk itu disarankan berpindah kerja setiap 3-4 tahun, dan atau memperjuangkan promosi setiap periode tersebut agar Anda dapat mengalahkan teror inflasi tersebut.

Maka, jika Anda pindah kerja setelah 4 tahun, Anda sebenarnya tergerus inflasi tahunan 15% akumulasi 4 tahun atau sebesar 74.9%. Katakan rata-rata setiap tahun Anda naik gaji 10% saja (dan Anda sudah tersenyum lebar karenanya), maka dalam 4 tahun akumulasi kenaikan pendapatan Anda cuma 46.4% saja. Artinya Anda bekerja 4 tahun di perusahaan itu Anda bertambah miskin 28.5%. Padahal pastinya target Anda ditambah terus tiap tahun kan ?

Saat Anda pindah kerja dan nego gaji, pastikan gaji baru Anda mampu menutup gap ini PLUS ekspektasi nilai tambah yang wajar atas perpindahan kerja ini. Jadi misalkan Anda merasa kepindahan Anda ini layak dihargai dengan kenaikan daya beli finansial sebesar 20% maka angka besaran gaji baru yang Anda harus perjuangkan minimal adalah sebesar 28.5% (inflation gap) + 20% (expectation gap) = 48.5%. Jadi Anda tidak boleh menerima gaji baru sebesar kurang dari 148.5% dari gaji lama Anda. Kecuali, di tempat kerja baru Anda sudah tidak nyaman, boss sialan, atau ada boss baru yang sok tau, atau ada ancaman perampingan karyawan dll.

Selamat berhitung !

Bagian berikutnya :
        BENEFIT WAJIB
                Kesehatan
                Pensiun
                Asuransi Sosial

        POTENSI BENEFIT TAMBAHAN
                Study Benefit
                Vacation Allowance
                Performance Bonus
                Annual Merit Increase
                Assignment Allowance
                Asuransi Jiwa
                Family Benefit
               Relocation & Promotion

Tuesday, July 3, 2012

Inner Circle


Sebuah kalimat nasehat di dunia barat berbunyi "Anda adalah dengan siapa Anda bergaul". Sementara sebuah pemeo bisnis yang cukup populer menyebutkan bahwa "Diri Anda dan kepribadian yang ada dalam diri Anda adalah kombinasi dari kepribadian dan pengaruh dari lima orang yang terdekat dengan Anda". Setuju ? Silakan, juga jika Anda tidak setuju tentu sah-sah saja. Namun saya pribadi meyakini kebenaran kedua kalimat tersebut.

Pertanyaan yang hendak kita coba jawab sebenarnya bukan benar tidaknya kedua nasehat tersebut melainkan "Seperti Apa Sebaiknya Teman Yang Kita Pilih ?" sehingga kita bisa menjaga bahkan meningkatkan kualitas hidup kita baik secara emosional, psikologis dan kehidupan keseharian kita.

Merujuk pada nasehat kedua, dimana disebutkan keberadaan "lima orang yang terdekat dengan Anda", bisa jadi tidak terbatas pada teman semata, namun bisa pula saudara, kekasih, pasangan hidup atau bahkan orang tua. Psikolog sering menyebutkan orang-orang terdekat ini sebagai 'Inner Circle" atau lingkaran terdalam. Bahkan lebih ekstrem lagi seorang artis malah memasukkan anjing peliharaan di inner circle-nya, sekalipun tentunya seekor anjing bukanlah manusia. Lalu kualitas apa yang sebenarnya dicari dan sebaiknya kita coba tetapkan dalam kriteria mencari "inner circle" yang sehat ?

1. Yang Memberikan Rasa Aman

Sahabat sejati dan pribadi yang sebaiknya kita pilih masuk ke dalam inner circle kita adalah pribadi yang mampu memberikan rasa aman. Aman tidak hanya sebatas terlindung dari ancaman fisik, namun jauh lebih penting membantu kita terlindung dari ancaman psikologis dan tekanan emosional. Pihak-pihak yang siap membantu Anda untuk menjadi sumber informasi, saran konstruktif dan sekedar mendengarkan dengan atensi akan ancaman atau ketidaknyamanan yang Anda rasakan, adalah mereka yang pantas dimasukkan ke inner circle Anda. Bukankah menurut Abraham Maslow rasa aman termasuk kebutuhan prinsip tiap makhluk hidup ?

2. Yang Menenteramkan dan Memberikan Rasa Nyaman

Inner circle bisa diibaratkan "gua perlindungan" atau "sarang" virtual bagi sosok emosional dan spiritual Anda. Anda harus merasa nyaman dan tenteram saat sedang get along dengan para member inner circle Anda. Bahkan Anda tidak perlu berhadapan muka secara langsung, tetapi sekalipun terpisah jarak yang jauh dan Anda tetap berhubungan atau kontak dengannya Anda sudah merasa nyaman, senang dan tenteram, maka pantaslah Anda dan dirinya saling menjadikan sebagai Inner Circle. Saya pribadi beranggapan orang tua harus masuk kriteria ini (dan juga kriteria pertama tadi) sebagai syarat menjadi Inner Circle bagi anak-anaknya.

Bagaimana halnya jika Anda merasa was-was, tidak bisa percaya atau merasa dipercayai, dan tidak merasa dihargai saat berdekatan atau bahkan saat Anda tengah membayangkan suatu acara di akhir minggu dengan seorang sahabat Anda misalnya ? Cukup jelas, ia tidak layak Anda masukkan sebagai inner circle Anda lagi.

3. Yang Membuat Anda Merasa Berharga dan Dihargai

Basis paling dasar dari suatu hubungan antar manusia adalah rasa saling percaya dan rasa saling menghargai. Sedikit saja rasa percaya dan saling menghargai ini ternoda maka akan sulit untuk mempertahankan suatu hubungan. Inner circle Anda haruslah orang-orang yang mampu membuat Anda merasa dipercaya, dan tentu orang-orang yang mempercayai Anda sepenuh hati dengan tulus. Juga mereka adalah orang-orang yang menghargai Anda dan sebaliknya Anda hargai dengan tinggi. Seseorang yang membuat Anda merasa bernilai, dan sebaliknya memiliki nilai tinggi dalam kehidupan Anda.

Bagaimana jika nilai-nilai di atas tidak terpenuhi ? Ya mudah saja, itu bukan lagi layak dimasukkan sebagai inner circle Anda. Dan jangan salah, amat banyak pasangan yang menikah dan terikat secara hukum bahkan tidak memiliki nilai-nilai di atas dalam hubungan mereka sebagai manusia satu sama lain. Menyedihkan bukan ? Terbayang seperti apa 'mental state' mereka, bertahun-tahun hidup dan tinggal dengan orang yang tidak lagi berbagi rasa percaya, hormat dan menghargai.....

4. Yang Mengobarkan Semangat dan Optimisme

Seorang yang terdekat dengan Anda,s iapapun dia dan apapun statusnya, haruslah seseorang yang mampu menjadikan Anda binatang buas yang siap menerkam buruan Anda. Seseorang yang mampu menjadikan Anda sebuah pribadi yang tidak mudah patah, pejuang sejati dan petarung tangguh yang selalu optimis. Ia harus menjadi orang yang membantu Anda bangkit tiap kali Anda jatuh, memecut Anda tiap kali Anda melambat, dan menahan diri Anda tiap kali Anda terlihat oleng.

Tentu, agar mampu menjadi pribadi yang demikian bagi orang lain, maka orang-orang tersebut haruslah pribadi yang kuat, penuh semangat, optimis dan memiliki mentalitas kerjasama dan setia kawan yang tinggi. Sangat tidak disarankan bergaul, apalagi bergaul dekat, dengan orang-orang yang berkepribadian lemah, tidak bersemangat, berprasangka buruk, pesimis dan bersikap negatif serta tidak memiliki semangat berbagi, bekerja sama dan tidak setia kawan. Anda akan hanya dijadikan tumbal, kuda tunggangan dan alat untuk mencapai tujuannya.

Dan jangan dikira, pasangan yang menikah tidak memiliki mental seperti ini. Berapa banyak kita telah menelan berita di media mengenai aneka pasangan yang meninggalkan pasangan hidupnya sejak lama dan sejak miskin, setelah menjadi kaya ? Atau di sekeliling kita, berapa banyak kita saksikan adanya pasangan dimana si istri (kadang beserta anak-anaknya) banting tulang mencari nafkah dan masih dicerca, sementara si suami dan ayah hanya berpangku tangan menikmati hasilnya ?

5. Yang Mengarahkan Diri Kita Ke Arah Yang Positif

"Tidak semua kawan itu baik. Tidak semua lawan itu buruk". Itu suatu pepatah tua Inggris yang amat saya percayai. Setidaknya, saat lawan menjelek-jelekkan diri kita, itu semacam alert bagi kita untuk introspeksi dan waspada. Sebaliknya saat sahabat-sahabat kita memuji dan memuja diri kita, itu umumnya saat dimana kita merasa besar dan terlena sehingga mudah membuat kesalahan.

Orang-orang yang pantas menjadi inner circle kita adalah orang-orang yang mampu mengarahkan diri kita selalu ke arah yang lebih positif. Tidak hanya dalam bentuk menyemangati, namun juga bisa menjadi kompas penunjuk arah, menjadi teladan dan bahkan menjadi inspirasi dalam tindakan, sikap dan pikiran kita dalam hidup.

Penutup : Pertanyaan yang pelik berikutnya adalah, bagaimana sebaiknya ? Bagaimana dengan pasangan hidup kita ?

Kita bisa menjawabnya sekaligus. Pertama kita harus melakukan seleksi akan pihak-pihak yang masih mungkin kita seleksi (seperti saudara, pasangan dan orang tua tentu sudah tidak mungkin kita seleksi bukan ?). Kita harus tentukan, mana-mana saja pihak-pihak yang akan kita tetapkan layak untuk bergaul dekat sebagai inner circle kita, dan kita pun harus mampu mendefinisikan dengan jelas dan rinci, apa kelebihan dan kekurangan masing-masing yang bisa kita ambil sebagai kualitas yang mendukung keberadaan mereka di sekitar kita.

Kedua, atas pihak yang sudah tidak mungkin kita seleksi namun masih kita rubah, segerakan kita rubah. Ada dua cara : proaktif dan pasif. Proaktif dengan cara mengajak pihak-pihak tersebut ke arah perubahan secara bersama-sama, sehingga tidak ada pihak yang merasa disudutkan atau diremehkan. Pasif dengan cara kita merubah diri kita menjadi pribadi yang positif dan layak menjadi inner circle mereka, agar mereka menjadi sadar dan merubah diri mereka menjadi pribadi yang lebih baik dan layak menjadi inner circle bagi diri kita.

Ketiga, adalah situasi "bagaimana jika pihak-pihak tersebut tidak kunjung berubah ?" . Cuma ada dua pilihan : jaga jarak aman, atau jika memungkinkan akhiri. Tentu kepada saudara dan orang tua kita tidak mungkin mengakhiri hubungan. Cukup dengan menjaga jarak aman, menjaga kemandirian dan menjadi diri sendiri. Ini sudah cukup dan akan menjadi pukulan tersendiri saat menyadari Anda tidak lagi membutuhkan mereka.

Bagaimana dengan pasangan ? Jika belum sah menikah, Anda bisa tinggalkan dengan baik-baik dan sampaikan bahwa sudah tidak ada lagi kecocokan visi dan misi serta nilai-nilai yang sama dalam menjalani hidup. Repotnya jika Anda sudah sah menikah alias salah pilih. Pilihan terbaik adalah dengan memberikan ultimatum kepada pasangan Anda, dengan sampaikan bahwa "Kamu bukan lagi yang terbaik bagi saya, namun saya berharap kamu berubah jika memang saya masih penting untuk kamu". Pasangan yang waras dan normal tentu akan anggap serius ultimatum ini. Syaratnya : Anda harus lebih dulu pantaskan diri Anda menjadi pribadi yang layak menjadi soulmate dan inner circle baginya. Siap ?