Friday, July 27, 2012

Faktor Kesuksesan Menurut Matriks Kesadaran dan Kompetensi


Di suatu penerbangan dari Bali menuju Jakarta, saya membaca di majalah yang disediakan maskapai tersebut suatu artikel mengenai pengembangan diri berbasis kesadaran akan kemampuan. Disebutkan bahwa setiap manusia untuk setiap hal akan melalui empat fase berikut ini :
  1. Unconscious Incompetence ; fase dimana seseorang tidak menyadari bahwa dirinya tidak mampu melakukan suatu pekerjaan
  2. Conscious Incompetence ; fase dimana seseorang menyadari bahwa dirinya tidak mampu melakukan suatu pekerjaan
  3. Conscious Competence ; fase dimana seseorang menyadari bahwa dirinya mampu melakukan suatu pekerjaan
  4. Unconscious Competence ; fase dimana seseorang tidak lagi menyadari bahwa dirinya mampu melakukan suatu pekerjaan

Disebutkan contoh terbaik dan paling umum adalah mengemudikan mobil. Awalnya saat kita merasa belum perlu mengemudikan mobil (bisa karena memang tidak perlu atau karena memang belum punya mobil), maka kita ada di fase pertama : kita tidak menyadari bahwa kita tidak mampu mengemudikan mobil. Kemudian pindah rumah dan membeli mobil, ada kebutuhan atau "desakan", maka ini yang akan sadarkan diri bahwa kita harus bisa mengemudikan mobil, maka ada di fase kedua : kita tersadar bahwa kita tidak mampu mengemudikan mobil.

Setelah berlatih dan memiliki persyaratan yang dibutuhkan, jadilah kita seseorang yang bisa, bahkan cakap, untuk mengemudikan mobil. Pada titik ini maka kita ada di fase ketiga : kita sadar sepenuhnya bahwa kita mampu mengemudikan mobil. Lama sesudahnya, kita menjadi fasih mengemudikan mobil, bahkan dari berbagai tipe mobil dengan variasi teknisnya serta aneka rintangan yang ada di jalan raya. Disini kita ada di fase terakhir : kita tidak sadar bahwa kita mampu mengemudikan mobil. Apakah saat ini bagi Anda yang rutin mengemudikan mobil menggunakan pikiran sadar "ooh saya harus injak kopling sebelum memindahkan gigi" ? Atau pikiran "wah kendaraan di depan amat lambat, mungkin dengan menambah gas maka saya akan lebih cepat dan bisa mendahuluinya"... Tidak seperti itu bukan ? Semua berjalan dengan instink, dan pikiran baru digunakan saat kondisi bukan suatu yang rutin, misalkan macet, Anda berpikir "apakah lewat situ lebih lancar ?".

Dalam pekerjaan dan kaitannya dengan keahlian atau kompetensi teknis apalagi manajerial, keempat fase tersebut amatlah relevan. Kita melihat bahwa titik paling diharapkan adalah di fase keempat. Namun titik kritis sebenarnya adalah saat perpindahan dari fase pertama ke fase kedua. Begitu banyak orang di sekitar kita yang tidak merasa perlu untuk berubah sekalipun perubahan tersebut sudah mendesak. Kesadaran tidak kunjung muncul bahwa ia tidak kompeten di area tersebut dan harus melakukan sesuatu agar dirinya berubah menjadi kompeten. Apalagi jika sudah berada di zona nyaman, sudah hampir pasti kesadaran itu akan sulit muncul.

Pribadi yang unggul adalah pribadi yang melampaui keempat fase tersebut. Ia menjadi pribadi yang sadar sepenuhnya akan kekurangan, lalu memperbaikinya, menjadi ahli di bidang tersebut dan secara naluriah mengimplementasikan keahlian tersebut di berbagai bidang dan tantangan yang dihadapinya. Diibaratkan ia memiliki suatu senjata yang mumpuni dalam bertarung. Namun, semua orang akan terdorong untuk demikian bukan ? Lalu dimana faktor pembeda antara si sukses dengan si biasa-biasa saja ?

Akhir-akhir ini dikembangkan wacana dan teori mengenai fase kelima, yaitu "Conscious Competence of Unconscious Competence". Suatu kemampuan untuk menyadari bahwa ia (mungkin) memiliki potensi/kompetensi yang tidak (atau belum) disadarinya. Siapapun yang sampai di titik ini dan melakukan sesuatu yang ekstra untuk mengetahui apakah potensi/kompetensi yang belum disadari tersebut, akan memperoleh "tambang emas" dalam dirinya. Inilah menurut banyak pendapat para ahli psikologi dan manajemen yang menjadi pembeda antara para pribadi unggul dengan pribadi sukses.

Menjadi unggul saja tidaklah cukup. Penting bagi kita untuk mempertahankan keunggulan ini secara konsisten, lalu menciptakan faktor pembeda, differentiating factor. Bukankah ahli manajemen Jack Trout sudah lama menggaungkan "Differentiate or Die" ? Tanpa faktor pembeda ini kita hanya akan menjadi si biasa-biasa saja.

Siapkah Anda untuk menjelajah ke fase kelima ini ?

on twitter @katjoengkampret | e-mail : katjoengkampret@aol.com

No comments:

Post a Comment