Thursday, June 23, 2011

15 Hal Untuk Mempertimbangkan Situs Social Media LinkedIn Untuk Pengembangan Karir


Rabu 22 Juni 2011

15 Hal Untuk Mempertimbangkan Situs Social Media LinkedIn Untuk Pengembangan Karir

Kehadiran social media sudah menjadi bagian dari gaya hidup mayoritas orang di kota besar terutama di kalangan anak muda, kalangan profesional dan masyarakat kelas menengah ke atas. Pilihan untuk berkiprah di social media world juga beragam, dengan Facebook (www.facebook.com) sementara menjadi pilihan utama di Indonesia. Di negara lain, pilihan bisa jadi tidak sama, contoh lah Malaysia yang justru menjadikan Friendster (www.friendster.com) sebagai pilihan utama atau Inggris yang justru menjadikan Twitter (www.twitter.com) sebagai pilihan utama.

Semua tentu sah-sah saja, namun sebaiknya kita ikut pula perhatikan trend, bahwa social media saat ini sudah dimanfaatkan untuk berbagai kekhususan, mulai dari marketing, branding bahkan job hunting. Sebuah social media, LinkedIn (www.linkedin.com) patut dijadikan telaah dan dipertimbangkan, terutama bagi para profesional dan para pencari kerja. Situs ini memang dikhususkan untuk menjadi social media yang "serius", tempat interaksi para profesional dari aneka disiplin ilmu, dan termasuk interaksi mengenai talent search serta expertise exchange.

Di situs ini, Anda dapat memperoleh kesan yang begitu kuat akan hal tersebut. Group diskusi dan interaksi begitu banyak dan dapat kita pilih sesuai minat kita. Juga terdapat kolom job vacancy yang secara gamblang menyebutkan adanya lowongan dan tentunya bersifat global. Seorang kawan bahkan memperoleh pekerjaan yang luar biasa bagusnya di suatu negara Eropa setelah sejumlah interaksi melalui situs ini. Seorang kawan lain bahkan bukan hanya pekerjaan namun juga memperoleh beasiswa yang memungkinkan dirinya memperoleh gelar Doktor sembari bekerja menjadi researcher dan tenaga akademis di negara Eropa lainnya. Secara umum, ada sejumlah feature yang menjadi unggulan dari LinkedIn untuk dipertimbangkan oleh anda yang ingin mengepakkan sayap karir anda lebih lebar lagi. Apa saja ?

1.        Profile. Seperti halnya social media lainnya, Profile menjadi santapan utama. Disinilah kesempatan kita untuk "menjual diri" ke khalayak profesional. Dan atas dasar profile yang tersusun dari sejumlah field ini lah orang lain bisa melakukan search. Misalkan di profile anda dimasukkan perjalanan karir di bidang keuangan dan sebagai seorang Customer Service, yang mana umumnya setelah jadi maka profile anda akan terlihat seperti sebuah CV yang rapi. Jika ada orang hendak lakukan Search dan memasukkan keyword 'Finance' serta 'Customer Service' maka tentu nama anda bisa muncul di hasil search dan memberikan kemungkinan datangnya peluang baru ke anda.

2.        Inbox. Mirip seperti misalnya Facebook dan Friendster, ada inbox yang bisa digunakan untuk korespondensi, dan bagusnya adalah bisa dilakukan autoforwarding dengan email account yang anda gunakan. Jadi misalkan ada yang kirimkan suatu berita atau tawarkan pekerjaan anda melalui suatu pesan yang masuk ke inbox anda di LinkedIn, otomatis pesan tersebut akan masuk juga ke e-mail account pribadi anda. Jadi tidak ada peluang yang terlewatkan, bukan ?

3.        Connection. Ini sangat mirip dengan feature "Friends" di Facebook. Inilah jaringan anda di LinkedIn dan berbeda dengan Facebook yang cenderung masif (ada kawan saya yang daftar temannya di Facebook sampai ribuan, padahal dia bukan selebritis, sehingga membuka lebih dari satu account di Facebook.. ck ck ck ck..), di LinkedIn cenderung terseleksi dengan baik dan sudah dikelompokkan berdasarkan kemungkinan perkenalan yang dilakukan, misalkan ex kolega di perusahaan A, atau ex kawan sekelas waktu SMA.

4.        Colleagues and Classmates. Ini adalah feature yang amat membantu kita untuk terkoneksi dengan jaringan lama kita, baik di perusahaan tempat kita bekerja sebelumnya maupun rekan kita saat kuliah atau di sekolah. Karena sesuai uraian di atas dimana jaringan telah disaring berdasarkan suatu pengelompokan yang rapi, maka amat mudah bagi kita untuk melakukan Search. Misalkan Search dengan mengetikkan keyword "Utama Finance", maka ex kolega-kolega kita sewaktu bekerja di Utama Finance yang terdaftar di LinkedIn akan muncul. Hal ini juga bermanfaat untuk mencari rekan kita yang pernah bekerja di suatu perusahaan, karena kita cukup lakukan search melalui nama perusahaan tersebut.

5.        Who's Viewed My Profile ? Ini adalah suatu feature yang unik dan berguna jika kita hendak mencari suatu pekerjaan baru. Di feature ini akan cantumkan siapa-siapa saja yang telah mengakses profil anda di LinkedIn. Dengan demikian ini suatu quick statistics mengenai "seberapa menjualnya kah" profil anda jika memang anda niatkan untuk mencari kerja. Evaluasi dapat anda mulai dari bagian ini dan sejumlah kisah sukses mencari kerja melalui LinkedIn memang mengkonfirmasikan hal tersebut. Feature ini menjadi sparring partner anda yang akan berikan feedback secara langsung mengenai tingkat menjual dari profil.

6.        People Who Have Seen Your Profile Also Seen… feature ini sesungguhnya menyertai feature Who's Viewed My Profile. Disini anda akan diberi feedback bahwa orang-orang yang mengakses profil diri anda juga mengakses profil orang lain, misalkan si A, si B, si C dan si D. Ini selain menunjukkan seberapa menjualnya profil anda, juga secara langsung menjadi suatu benchmarking dari kualifikasi diri anda. Jika anda seorang Supervisor dengan keahlian di bidang financial control serta background akuntansi, maka hampir tidak mungkin di bagian ini muncul mereka yang berjenjang Direktur serta berasal dari bidang Sales dan berkualifikasi Teknik. Jika ini terjadi, inilah tanda profil anda membingungkan. Namun jika anda seorang Supervisor dan di bagian ini muncul para manajer untuk bidang yang sama, bisa jadi ini pertanda bahwa kualifikasi anda tengah diperbandingkan. Selamat!

7.        Recommendation. Ini adalah suatu bagian dari LinkedIn yang dinilai amat menarik karena memungkinkan anda meminta, menerima serta memberikan rekomendasi mengenai diri anda atau orang lain. Bayangkan di social media seperti ini ada suatu rekomendasi formal yang anda terima dari ex Direktur anda dan menyebutkan bahwa anda seorang pekerja yang handal, problem solver dan kolega yang konstruktif. Siapa yang hendak menolak anda ? Yang harus dijaga adalah kehati-hatian. It is not a place for bad words. Jadi jika ada seseorang yang anda tidak sukai atau anda tahu kualifikasinya buruk, Cuma ada dua pilihan : abaikan permintaan rekomendasinya atau lakukan hal yang 'netral' jika anda putuskan berikan rekomendasi. Jangan lupa, atas tiap rekomendasi yang anda berikan, bukan tidak mungkin seorang staff HRD akan hubungi anda untuk konfirmasikan rekomendasi yang pernah anda berikan pada seseorang. Sebaliknya, anda juga harus taktis dan berhati-hati dalam meminta rekomendasi. Mintalah rekomendasi pada orang yang kenal betul anda dan tahu betul kualitas anda, serta yang penting, orang itu harus memiliki pengaruh dan reputasi yang bisa membantu memperkuat nilai jual dan reputasi anda.

8.        Find Jobs. Ini adalah feature untuk pencarian lowongan pekerjaan yang diposting oleh para anggota LinkedIn yang lain, baik individu (umumnya dari kalangan HR atau konsultan) maupun dari member institusi. Ini cukup sederhana namun efektif, dan kredibilitasnya relatif baik karena memang telah tersaring dan para anggotanya pun relatif telah pula tersaring kredibilitasnya.

9.        Group. Ini feature seperti mailing list. Persis sama. Disini akan ada pertukaran ide, sumber informasi, diskusi dan bahkan ajakan kolaborasi di suatu proyek. Dengan mekanisme penyaringan yang ada, forum ini menjadi nyaman untuk diikuti dan relatif produktif bagi kita, baik untuk media mencari informasi pekerjaan maupun media untuk mencari ilmu.

10.        Discussion. Ini adalah sub feature dari group dimana lebih bersifat sebagai online forum. Umumnya diskusi yang dilakukan spesifik untuk suatu topik tertentu dan self moderated. Saya berpendapat bahwa feature ini amat berguna saat kita butuh suatu masukan atau opini akan suatu hal. Kita bisa launch suatu topik dan tanggapan positif dari member yang berminat akan segera muncul dari berbagai penjuru. Tentu menjadi bermanfaat bagi media perkawanan dan memperluas jaringan karena bukan tidak mungkin member LinkedIn yang belum masuk ke connection kita memberikan pendapat. Dari situ kita bisa invite untuk menjadi bagian dari jaringan connection kita.

11.        Social Media Link. Ini adalah feature yang menghubungkan LinkedIn dengan social media lain yang populer, utamanya adalah Facebook, Twitter dan MySpace. Dengan melakukan interkoneksi, maka update yang anda lakukan di LinkedIn, misalkan anda baru pindah kerja dan memperbaharui profil anda, maka update ini akan ikut muncul sebagai tweet anda di twitter dan status anda di Facebook. Menarik bukan ? Tentu kita pun harus berhati-hati dalam mempergunakan atau mengaktifkan feature ini agar tidak menjadi kontraproduktif.

12.        Suggestion : People You May Know. Ini adalah feature auto-suggestion dari LinkedIn yang merekomendasikan member-member lain di LinkedIn yang mungkin kita kenal. Saran ini diberikan atas dasar detail-detail yang tercantum di profile kita. Misalkan kita alumni Universitas X, dan ada member si A yang di profile-nya menyebutkan berasal dari Universitas X juga, maka LinkedIn akan memberikan saran bahwa si A itu mungkin adalah seseorang yang kita kenal.

13.        Suggestion : Jobs You May Be Interested. Sama seperti feature di atas, ini juga suatu auto-suggestion spesifik berdasarkan detail jenis pekerjaan yang pernah/sedang kita jalani, atau berdasarkan pada jenis keahlian atau kualifikasi akademis/profesional yang kita miliki. Misalkan kita seorang Auditor dan berijazah Akuntansi, maka saat seorang member lain memposting lowongan sebagai Senior Auditor atau memposting iklan mencari seorang konsultan Akuntansi, kedua posting itu akan direkomendasikan untuk kita.

14.        Suggestion : Groups You May Like. Ini pun masih sama, auto-suggestion yang ditujukan pada minat kita. Hal ini didasarkan pada detail di profile kita mengenai latar belakang akademis, profesional, hobby dan membership kita di suatu organisasi. Misalkan kita di profile cantumkan kita penggemar Sejarah dan menjadi member klub Fotografi, maka akan disarankan pada kita group dan diskusi dengan topik dan peminatan sejarah, fotografi, seni rupa, museum dan kebudayaan.

15.        In Site Applications, Ini adalah aplikasi yang bisa kita "install" di dalam account LinkedIn kita untuk memudahkan pekerjaan kita atau mengkoneksikan diri kita dengan member lain yang mempergunakan aplikasi yang sama. Mirip dengan feature games atau apps di Facebook. Beberapa aplikasi yang saya temui di account LinkedIn saya adalah : Box.net Files, Blog Link, Company Buzz, Company Insider, Creative Portfolio Display, E-Bookshelf, Events, GitHub, Google Presentation, Huddle Workspaces, Lawyer Ratings, Legal Updates, My Travel, Polls, Projects and Teamspaces, Reading List by Amazon, Real Estate Pro, SAP Community Bio, SlideShare Presentations, Tweets, WordPress.

Saya rasa sekarang sudah waktunya bagi kita untuk melirik LinkedIn dan sedikit mengurangi porsi chit chat yang tidak produktif di social media lainnya. Selamat mencoba !

Wednesday, June 22, 2011

Enam Hal Yang Tidak Disadari Dan Diketahui Oleh Karyawan Saat Indisipliner Atau Membangkang


Rabu, 22 Juni 2011

Enam Hal Yang Tidak Disadari Dan Diketahui Oleh Karyawan Saat Indisipliner Atau Membangkang

Kita semua pasti pernah menyaksikan sendiri, mendengar secara tidak langsung, mengalaminya sendiri sebagai atasan dan bahkan mungkin melakukannya sebagai bawahan, suatu tindakan dan perangai tidak terpuji berupa tindakan indisipliner atau sikap membangkang, baik kepada atasan maupun kepada peraturan perusahaan.

Kedua hal itu sejatinya menjadi salah satu masalah yang umum dihadapi oleh setiap pemimpin dan manajer, di manapun, kapanpun dan dalam organisasi apapun. Penyebabnya bisa salah satu atau gabungan dari aneka faktor : mentalitas yang kurang baik, iklim kedisiplinan organisasi yang memang buruk, aspek kontrol di organisasi yang tidak berjalan baik, kepemimpinan yang lemah, hingga situasi kerja yang secara umum memang tidak kondusif.

Apapun itu, kedua tindakan tersebut tidak lah pernah dapat diterima dan memperoleh pembenaran atas alasan apapun. Kita tidak membahas aspek ini secara lebih jauh, namun mencoba untuk mengkaji mengenai hal-hal yang secara umum tidak terpikirkan, atau bahkan memang tidak diketahui sama sekali oleh para staff yang melakukan tindakan indisipliner atau menunjukkan sikap membangkang tersebut. Apa itu ?

Satu, tindakan buruk atau sikap buruk itu menular dan si inisiator akan mudah ditunjuk sebagai provokator atau pihak yang bertanggung jawab atas perilaku buruk yang terjadi di sejumlah staff lain karena mencontoh tindakannya. Cap buruk ini akan mudah melekat, dan sulit lepas karena menimbulkan antipati serta membuat ngeri manajer karena potensial menjadi tambahan pekerjaan yang tidak perlu. Akibatnya : sulit memperoleh promosi, sulit memperoleh referensi dan sulit memperoleh rekomendasi. Termasuk saat hendak mencari kerja di tempat lain, karena jamak personil HRD akan mencari tahu siapa kita ke perusahaan kita sebelumnya.

Dua, tindakan buruk dan sikap buruk itu cenderung lebih merusak ke dalam daripada keluar. Saat kita menjadi 'bad guy', bisa jadi mayoritas orang akan mengabaikan kita dengan memberi cap 'tidak dewasa' atau 'biang kerok' sehingga langkah termudah adalah menghindari kita. Namun, sebenarnya justru diri kita lah yang lebih merugi, karena efek kerusakannya lebih dominan terhadap diri kita sendiri. Menurut penelitian psikologi yang sudah banyak dibahas dan diamini para ahli, sikap dan tindakan buruk akan terpatri di otak, sehingga keseluruhan cara kita berpikir, memandang suatu hal serta mengambil keputusan akan menjadi buruk. Tidak heran bukan orang berperangai buruk sering membuat keputusan dan mengambil tindakan yang semakin memperburuk suatu keadaan yang sudah buruk ?

Tiga, tindakan buruk dan sikap buruk cenderung membuat pelakunya dihindari orang, dan celakanya dipandang sebagai suatu 'kemenangan'. Apa akibatnya ? Si pelaku mulai diorientasi dan kehilangan acuan akan standar perilaku dan karakter yang dibutuhkan dalam suatu pekerjaan, suatu lingkungan, dan suatu standar etika. Di kemudian hari, ia akan merasa tindakannya benar dan akan menambah dosisnya. Mengapa ? Karena merasa tidak ada yang salah dari tindakannya. Tidak ada hukuman, karena memang tidak ada orang yang hendak berpusing-pusing dengan dirinya. Tiba-tiba dia sudah di luar batas toleransi tanpa pernah benar-benar menyadarinya. Dan pada saat itu tentu sudah terlalu jauh sehingga berakibat fatal. Inilah sebab orang yang mangkir di awal minggu akan terus melakukannya di awal minggu lain. Atau orang yang terlambat satu menit hari ini cenderung akan terlambat 10 menit di hari esok dan terlambat 1 jam di seminggu berikutnya.

Empat, tindakan dan sikap buruk cenderung menghilangkan aspek estetika dan kemampuan relasional seseorang. Cukup bisa dimengerti jika di dunia seni, umumnya dicoba agar lingkungannya sebebas dan senatural mungkin. Ini dimaksudkan untuk hilangkan 'belenggu' dan 'tembok-tembok' yang halangi kreativitas. Jika suatu sanggar lukis menerapkan masuk jam 8 kepada seluruh artisnya, tentu kreativitas mereka mudah terganggu bahkan hilang karena ada kemungkinan mereka terlambat dan otomatis secara bawah sadar akan mencap diri mereka sendiri sebagai si pelanggar aturan. Tapi tentu hal ini tidak berlaku di dunia profesional. Akibatnya, orang yang sering melanggar aturan dan bahkan membangkang, akan sulit berinteraksi dengan baik terhadap orang lain. Juga kehilangan aspek estetika, sehingga sulit untuk memperoleh 'rasa' yang pas saat bertindak, misalkan menyapa orang lain, berbicara dengan orang lain, menulis e-mail atau membuat komentar atau disposisi atas suatu proposal. Akan muncul kecenderungan negatif yang berakibat munculnya ekspresi sinis, nyinyir bahkan sarkastis yang amat tidak perlu dalam karya dan komunikasi mereka.

Lima, produktivitas yang menurun. Otomatis jika kita indisipliner, terlambat atau mangkir, kita akan kehilangan waktu produktif kita. Sementara halnya dengan perangai membangkang dan tindakan pembangkangan, survey dan penelitian psikologi membuktikan bahwa sekasar dan sepembangkang apapun seseorang di lingkungan kerjanya, bahkan untuk melakukan pembangkangan kecil pun membutuhkan waktu setidaknya 4 menit untuk berpikir ulang dan menformulasikan tindakan pembangkangan yang dirasa efektif dan menguntungkan dirinya. Lalu setelah dia melakukan tindakan yang dianggapnya benar, sekitar 79% akan menyesalinya dalam waktu kurang dari 5 menit, dan sesudahnya menghabiskan waktu setidaknya 22 menit untuk berdiam diri, merenung atau menenangkan diri. Tentu angka-angka itu akan meningkat sejalan dengan bertambahnya kadar pembangkangan yang dilakukan.

Enam, munculnya faktor 'tapi' dan antipati. Sediam apapun kolega, saat menyaksikan rekannya membangkang atau indisipliner akan antipati sekalipun dalam hati. Apalagi jika kolega itu seorang yang tertib, patuh dan produktif. Ia akan makin sakit hati saat melihat tindakan negatif didiamkan karena merasa tidak adil. Begitupun bagi atasan, sediam apapun ia menyikapi tindakan negatif anak buahnya, sudah muncul faktor 'tapi' di dalam subyektivitasnya. Setiap keputusan yang baik adalah yang didasarkan obyektivitas dan subyektivitas yang proporsional. Faktor terakhir ini lah yang akan hilang ditiup angin... Pernah familiar dengan ucapan "Si X ini berulang kali selamatkan perusahaan dari masalah, talentanya luar biasa TAPI .....", atau "seharusnya si Y sudah bisa kita promosikan TAPI ....". Faktor 'tapi' dan antipati ini tidak bisa diabaikan. Terbukti sejumlah hal besar terjadi dan tidak terjadi karena adanya faktor subyektif yang tidak terhindarkan.

Dengan uraian di atas, semakin jelas tambahan tugas setiap manajer di dunia ini : untuk menyampaikan berulang kali betapa pentingnya sikap positif dan disiplin kepada setiap karyawannya, dan membimbing team yang dipimpinnya dengan contoh nyata dari dirinya sendiri.

Wednesday, June 15, 2011

Anda seorang Effective Leader ?


Dari berbagai sumber dan materi pengajaran kepemimpinan, diperoleh ratusan model serta bentuk kepemimpinan, dan tentu tidak semuanya cocok untuk diterapkan, untuk itulah berkembang konsep "Situational Leadership". Namun jika ditarik suatu kesimpulan cepat, yang dibutuhkan oleh semua unit kerja dimanapun, kapanpun dan pada situasi apapun adalah suatu bentuk "Effective Leadership".

Effective Leadership jika disimpulkan secara sederhana adalah suatu model kepemimpinan berbasis tiga matra : tujuan organisasi, sumber daya organisasi, dan pengembangan organisasi. Jelaslah bahwa dimensi dan kapabilitas yang harus dimiliki seorang pemimpin yang efektif adalah tiga hal mendasar : kemampuan membuat dan menetapkan visi ; kemampuan mengelola sumber daya organisasi secara konsisten, efisien dan efektif ; serta kemampuan pengembangan organisasi secara terus menerus, konsisten dan adaptif.

Seorang pemimpin baru dapat dikatakan berhasil dan efektif jika ia dapat mencapai tujuan organisasinya. "Target" bahasa singkat para kaum sales. Juga seorang pemimpin baru akan dapat dikatakan berhasil dan efektif jika dalam pencapaian tujuan organisasinya ia berhasil melakukan pengelolaan sumber daya organisasi dengan baik dan efisien. Apakah sama penilaian kita terhadap dua manajer yang ditarget besaran yang sama dan melakukan pekerjaan yang sama, sementara si A mencapainya dalam waktu 3 bulan dengan 5 staff sementar si B mencapainya dalam waktu 6 bulan dengan 15 staff ?

Terakhir, organisasi harus bisa melakukan survival, bertahan hidup di kompetisi yang tidak menentu dan semakin ketat. Pemimpin yang berhasil dan efektif adalah seorang pemimpin yang terus menerus menang, atau setidaknya dapat mempertahankan posisi dan daya saing organisasinya dalam kurun waktu yang lama. Apa kuncinya ? Development. Pemimpin harus mampu melakukan pengembangan organisasi yang kontinyu dan selaras dengan kebutuhan kompetisi. Mengembangkan calon-calon pemimpin baru, menguji konsep-konsep baru, mengidentifikasi peluang-peluang baru dan menerapkan metode-metode baru untuk bertahan di persaingan.

Mencapai target itu mungkin sulit dan berliku jalannya. Tapi tidak akan pernah lebih sulit dibanding melakukannya dengan sumber daya yang terbatas.
Menggaruk pangsa pasar mungkin sulit. Tapi tidak akan pernah lebih sulit untuk mempertahankannya dalam kurun waktu yang lama.

Lalu apa musuh utama seorang Effective Leader ? Cuma ada tiga sebenarnya.

Pertama, ketidakpastian. Effective Leader akan amat diuji oleh iklim ketidakpastian. Jika pola kepemimpinan dan implementasinya benar, maka ketidakpastian yang datang hanya akan mampu sedikit menggoncangkan kapalnya.

Dua, malas lakukan development. Effective Leader amat mudah untuk mencapai sukses, karena cara kerja yang sudah baik dan benar. Ini bahayanya. Ia akan mudah puas dan terjerembab di comfort zone. Sehingga malas dan atau "lupa" untuk siapkan calon pengganti dan lapisan-lapisan di bawahnya. Lupa dan malas untuk memikirkan konsep baru, peluang baru, metode baru serta mencari strategi dan orang yang tepat untuk mengimplementasikan idenya.

Tiga, takut gagal. Sukses itu nikmat. Hampir sama dengan poin kedua di atas. Karena memang dasarnya sudah benar cara kerja dan pemikirannya, seorang Effective Leader akan mudah dan cepat sampai ke sukses. Akibatnya gamang dan kekhawatirannya amat tinggi jika dia "jatuh" atau "tersandung". Akibatnya mudah untuk tidak percaya pada lapisan di bawahnya, mudah untuk resisten pada masukan dan ide baru, serta mudah untuk takut resiko ketimbang berani ambil peluang.

Andakah seorang Effective Leader ?

Follow us on twitter @katjoengkampret

Leader in Crisis, Leader for Growth, Leader of Change


Ada banyak ketidakpastian dan tantangan yang akan dihadapi semua organisasi dimanapun di dunia ini. Hal-hal itu membutuhkan ketahanan dan daya dobrak organisasi yang konsisten dan adaptif. Untuk mencapai tingkat konsistensi dan adaptasi yang diperlukan untuk bisa bertahan pada kurun waktu yang lama, dibutuhkan suatu prototype kepemimpinan. Ada tiga kategori kepemimpinan yang sebenarnya dibutuhkan untuk menjawab kebutuhan tersebut : Leader in Crisis, Leader for Growth, Leader of Change.

Ketiga hal tersebut : Krisis, Pertumbuhan dan Perubahan, adalah hal-hal yang menghancurkan dan mematikan 99% dari usaha dan bisnis di dunia. Apakah Anda bisa sebutkan hal lain di luar ketiga hal tersebut sebagai penyebab collapse-nya suatu bisnis ? Hampir semua bisnis remuk redam karena gagal mengantisipasi dan survive di saat krisis, dan atau gagal mencapai tingkat pertumbuhan yang diperlukan untuk bisa bertahan hidup, dan atau gagal dalam beradaptasi dengan perubahan (cepat) yang terjadi di landscape bisnis yang ditekuninya.

Pernah mendengar soal salah satu pionir toko kaset lux di Jakarta dan Bandung ? Toko tersebut sempat menjadi trendsetter dan bagian dari lifestyle sejumlah besar generasi muda di awal tahun '80an dan '90an. Tahun lalu toko itu gulung tikar dan menyisakan satu outlet terakhir yang sepertinya juga tidak akan lama lagi. Secara singkat pemilik dan pengelolanya hanya mengeluhkan "sulit bersaing dengan musik digital dan perubahan selera konsumen". Sesederhana itu kah masalahnya ? Tidak.

Toko itu memang gulung tikar karena dagangannya tidak laku. "Nenek-nenek juga tau" kata anak SD. Artinya toko tersebut gagal mencapai tingkat pertumbuhan yang diperlukan untuk bertahan hidup. Dan pada saat terjadi krisis, minimal krisis penjualan, tidak ada terobosan dan kepemimpinan yang cukup untuk mengantisipasi krisis tersebut dan menyeretnya keluar dari masalah untuk tetap bertahan hidup.

Namun yang paling kurang dari sudut pandang saya adalah toko tersebut tidak memiliki Leader of Change. Seorang Change Manager. Toko tersebut gagal mengantisipasi perubahan landscape di industrinya, bahwa orang malas ke toko kaset dan CD lagi, bahwa CD dan DVD bajakan tidak mampu dikendalikan pemerintah, dan bahwa internet telah merajalela dan memberi fasilitas tak terbatas pada konsumen musik untuk belanja lagu-lagu idaman dari sudut kamar tidur mereka.

Pada akhirnya, ketiga jenis leader di atas mutlak perlu ada, punya salah satu kualifikasi di atas sudah lumayan sebenarnya sebagai seorang manajer. Jika bisa punya dua, akan lebih baik lagi apalagi jika satu diantaranya adalah kualifikasi sebagai Leader of Change. Tapi dengan memiliki ketiganya dalam sosok Anda, itu benar-benar Midas, tangan emas.

Apa kualitas yang harus dimiliki dan dipupuk untuk dapat memiliki kualifikasi atas ketiga jenis leadership tersebut ? Setidaknya ada enam hal berikut :
1. Ketajaman mengendus perubahan, trend dan mengidentifikasi impact-nya serta cakupannya terhadap kelangsungan bisnis dan performa bisnis
2. People Skill, kemampuan menggerakan sumber daya manusia, memotivasi dan memberi visi untuk berkontribusi pada kinerja terbaik mereka
3. Penguasaan atas akses informasi, baik yang berhubungan langsung dengan kondisi pasar, maupun terkait komponen kontributor sukses perusahaan
4. Kemampuan berinteraksi dengan komponen krisis dan sumber potensial penyebab krisis, untuk dapat mempersiapkan antisipasi dan respon positif terhadap krisis untuk tetap dapat bersikap optimis yang realistis
5. Disiplin atas visi dan misi organisasi, disiplin atas kualitas proses dan hasil kerja, serta disiplin atas etos pengembangan dan ketahanan organisasi
6. Fleksibilitas dan Kreativitas dalam menciptakan peluang, terutama dalam konteks pengembangan organisasi dan penciptaan daya saing organisasi

Sudahkah anda miliki hal-hal tesebut ?

Follow us on twitter @katjoengkampret