Thursday, October 13, 2011

Dilema Anak Baru Sok Tahu ? A.C.T. saja !


Pernahkah Anda berada di suatu situasi dimana suatu posisi atau jabatan yang telah Anda lakukan dengan baik (setidaknya menurut Anda sendiri dan atas dasar performa yang Anda telah tunjukkan) harus diserahkan ke orang lain ? Hal ini bisa karena berbagai hal, dan belum tentu karena Anda buat salah loh, bisa saja karena penyegaran, sudah terlalu lama berada di suatu pos atau bahkan Anda memperoleh promosi.. Namun apa daya, sang pengganti ternyata malah tidak kapabel dan merusak hasil kerja Anda (setidaknya ini penilaian Anda)...

Manusiawi tentu perasaan marah, kecewa, bahkan mungkin terhina, "koq bisa-bisanya si dungu satu itu terpilih gantikan saya ?", mungkin demikian gumaman kita, yang moga-moga hanya terucap dalam hati. Sialnya, si dungu ini tidak merasa ada yang salah, dirinya hebat, dan anehnya memperoleh endorsement dari manajemen. Lebih sial lagi, ada himbauan dari boss Anda untuk mendampingi si anak baru ini melewati masa-masa awalnya. Lalu apa yang harus kita lakukan pada situasi ini ?

A.C.T ! Bukan cuma mengambil tindakan (to act) tetapi merupakan akronim dari Ajari, Cermati, Tinggalkan.

AJARI. Bukan bermaksud menjadi guru, tetapi bagian dari tanggung jawab profesional kita bukan saat meninggalkan suatu pos untuk melakukan transisi yang mulus kepada petugas yang baru. Maka diperlukan suatu proses peralihan tanggung jawab dan transfer pengetahuan, baik teknis dan manajerial antara dua pihak tersebut. Diperlukan kebesaran jiwa dari pihak yang meninggalkan dan rasa hormat dari pihak yang menggantikan. Salah satu tidak ada, pasti akan ada masalah.

Kita tidak perlu mengajari sampai detail, namun hendaknya difokuskan pada tiga hal saja. Satu, budaya dan tata kerja yang berlaku di perusahaan dan khususnya di unit kerja tersebut, hal ini akan membantunya beradaptasi dengan lingkungan dan staff yang ada di unit kerja tersebut. Dua, jadwal-jadwal, deadline, report-report serta aneka hal yang bersifat mandatory, ini akan membantunya untuk lebih cepat memegang kendali dan semakin cepat bagi Anda untuk lepas dari tanggung jawab, dan tentu memastikan perusahaan tidak terganggu dengan adanya transisi karena semua hal yang bersifat mandatory tidak terganggu. Tiga, hal-hal teknis yang spesifik, atau metode pekerjaan yang unik yang Anda kembangkan dalam rangka mengelola unit kerja, ini untuk memastikan bahwa staff pun tidak terlalu "tersiksa" dengan pergantian boss karena metode unik itu bisa dipertahankan dengan adanya transfer of knowledge ke pejabat yang baru dan akan diterapkan untuk setidaknya pada kurun waktu tertentu.

CERMATI. Tentukan suatu time line setelah masa transisi usai, misalkan masa transisi selama 30 hari, lalu tetapkan dalam hati masa observasi, misalkan 60 hari sesudahnya. Ada tiga hal yang harus Anda cermati secara diam-diam namun tetap fair dan objektif : performa team, impact terhadap perusahaan, dan kondisi staff. Jika atas ketiga hal tersebut terjadi suatu kondisi penurunan yang signifikan dalam waktu singkat, Anda bisa tawarkan untuk berdiskusi atau setidaknya bertanya apakah ia membutuhkan bantuan atau saran, atau setidaknya bertanya "apakah semua baik-baik saja ?".

Ini juga sekaligus test case apakah Anda dianggap sebagai aset olehnya atau justru sebagai ancaman. Dan pada saat penurunan kondisi ini mempengaruhi perusahaan dan bahkan kondisi staff, Anda bisa pula sampaikan concern ini (jika masih relevan dengan kondisi Anda saat ini) kepada manajemen dan tawarkan saran jika diperlukan. Tapi setelah masa observasi ini berlalu, dan atau test case Anda gagal dimana Anda dianggap ancaman, segeralah beralih ke item ke 3 : tinggalkan. Namun, tawaran yang Anda sampaikan tentu akan menjadi "juru selamat" bagi Anda di kemudian hari, Anda bisa sampaikan "saya sudah sampaikan tawaran untuk membantu jika ada kesulitan di saat keadaan masih lebih terkendali, sayang saat itu ditolak. saat ini tentu saya sudah sibuk dengan pekerjaan baru saya dan tidak dapat membantu, mohon maaf karenanya". Anda aman dan tentu nyaman. Salah sendiri tidak manfaatkan tawaran baik, bukan ?

TINGGALKAN. Seperti uraian saya di atas, segera ambil langkah ini jika masa observasi sudah berlalu atau Anda dianggap ancaman. Tidak perlu berkorban untuk si sok tahu bukan ? Jika memang dia smart, dan serba tahu, tentu dia bisa atasi masalahnya sendiri. Yang penting Anda sudah tawarkan bantuan sesuai kode etik profesional. Juga jika masa observasi berlalu tentu suatu hal yang basi jika Anda masih mengurusi pekerjaan lama Anda, karena secara normal dapat diasumsikan bahwa dalam periode 60 hingga 90 hari seharusnya profesional yang "normal" sudah dapat menguasai pekerjaan barunya, bukan ?

Satu hal yang berat adalah emotional attachment, keterikatan emosional Anda pada pekerjaan lama Anda, identitas profesional Anda yang lama, dan pada orang-orang yang telah bekerja dengan Anda sebagai suatu team di pekerjaan lama Anda. Percayalah, friends will be friends. Anda fokus pada pekerjaan baru Anda tidak akan menjadikan mereka semua bukan teman Anda lagi. Mereka pun profesional dan bisa respek terhadap kesibukan dan tuntutan pekerjaan baru Anda. Namun, jika mereka tidak bisa mengerti hal ini, maka mudah saja, mereka bukanlah teman dan kolega yang Anda perlukan untuk maju. Tinggalkan segera!

Semoga Bermanfaat dan Selamat Beraktivitas !

on twitter @katjoengkampret | katjoengkampret@aol.com

No comments:

Post a Comment