Friday, July 8, 2011

Saat Anda "Dianggurin" Di Tempat Kerja...


"Dianggurin ? Asik bener.. Mau dong !"
"Waaah enak dong bisa makan gaji buta.."
"Waaah gue iri nih sama elo, bisa nyantai seharian..."
"Gaji dan fasilitas tetaap kaaan... asyiknyaaa!!"

Itulah sedikit dari aneka ekspresi rekan, kerabat dan kolega saat mencermati dan mendapati bahwa kita saat ini tidak lagi "dipakai" atau dilengserkan dari suatu posisi atau tengah mengalami suatu tingkat aktivitas profesional yang tidak lagi seintensif sebelumnya. Secara umum reaksi-reaksi tersebut dapat digolongkan menjadi tiga bagian :
  1. Reaksi negatif yang mencemooh, menghina atau merendahkan, ini perkiraan saya mencakup 5-10% saja dari populasi, dengan catatan kita orang yang "normal" atau tidak memiliki banyak musuh. Atas reaksi ini sebenarnya kita cukup bersantai dan dengarkan saja kicauan mereka, siapa tau ada hal baik untuk masukan kita.
  2. Reaksi positif yang mendukung, menberikan saran dan menawarkan bantuan, umumnya mencakup 20-30% dari total populasi, masih dengan catatan kita adalah individu sosial yang normal dan tidak memiliki banyak musuh. Atas masukan-masukan ini hendaknya kita cermati dan jadikan pemacu semangat untuk survive.
  3. Reaksi "melambung" yang semu, seperti contoh-contoh di atas, ini yang dominan mencakup 60-75% dari total populasi. Ini adalah suatu reaksi semu yang didorong naluri normal karena tekanan pekerjaan atau keinginan untuk lepas dari rutinitas. Hendaknya ini tidak dijadikan pemacu semangat karena bukan menunjukkan apa yang sebenarnya terjadi.

Terlepas dari reaksi-reaksi apapun yang kita terima dan dari siapapun itu, tegakkanlah kepala kita untuk tatap hari mendatang karena di masa itu lah terdapat peluang bagi kita untuk lebih baik dan lolos dari sergapan cobaan ini. Lalu apa yang harus kita lakukan untuk mengisi waktu yang bermanfaat sebelum kita memperoleh kesempatan kedua ? Ada beberapa hal sebenarnya.. simak poin-poin berikut ini :

1. Beri waktu untuk perdalam kompetensi inti dan kualifikasi profesional

Selama ini pekerjaan Anda mungkin telah menyita sebagian besar waktu Anda. Akibatnya tidak banyak waktu yang tersedia untuk menajamkan kembali gergaji profesional Anda. Padahal, dengan perkembangan teknologi, bisnis dan komunikasi, mutlak diperlukan penyegaran dan pengkinian (bagi yang belum familiar, ini bahasa Indonesia untuk 'updating'...) dari keahlian kita. Di sisi lain, situasi kurang nyaman dimana kita tersingkir, bisa jadi membutuhkan solusi berupa penajaman kompetensi inti dan peningkatan kualifikasi profesional. Apakah kita berani jamin bahwa kompetensi inti kita dan kualifikasi profesional kita sudah cukup mumpuni ?

Saya pribadi amat terkesan dengan sosok Presiden kita. Dalam karir militer beliau, seorang lulusan terbaik dari Akademi Militer, tidaklah selalu mulus. Namun sebagai seseorang yang kental dengan budaya akademis dan memang pernah bercita-cita menjadi seorang pendidik, naluri belajarnya amat tinggi. Saat diterpa hal yang kurang nyaman dalam rentang karirnya, beliau anggap itu sebagai berkah : kesempatan emas untuk pelajari hal baru dan pertajam pengetahuan yang sudah pernah dikuasai. Saya rasa Anda sepakat dengan saya bahwa beliau adalah sosok yang intelek, berwawasan luas, berpandangan jauh dan berpengetahuan banyak.

2. Beri waktu untuk pahami aspek teknis dan detail dari pekerjaan anda

Kita tidak pernah tahu apakah kita tersingkir karena dianggap kurang becus dalam mengurus pekerjaan kita. Atau dianggap kurang ahli, atau kurang memberikan visi atau malah kurang memberikan motivasi dan inspirasi kepada team yang kita pimpin. Satu hal, kemungkinan-kemungkinan itu harus kita evaluasi dan jika memungkinkan, harus kita cari tahu untuk bahan perbaikan. Namun yang lebih penting adalah : tutup semua lubang kebocoran.

Dipinggirkan, anggap sebagai tugas maha penting dari perusahaan untuk kita agar kita dapat memahami obyektif dari pekerjaan yang kita emban sebelumnya, dan pahami detail-detail yang sebelumnya tidak kita perhatikan atau malah tidak kita pahami sama sekali. Ingatlah bahwa 98% manusia cenderung abaikan detail apabila "gambar besar" nya sudah terlihat. Kemarin mungkin kita ada di kelompok ini. Sekarang waktunya untuk pindah kuadran ke kelompok yang 2%. Siapa tahu proses pembelajaran ini dengan hasil yang cemerlang akan membawa Anda ke pintu kesempatan kedua. Atau menghantarkan Anda ke peluang baru di arena lainnya.

3. Beri waktu, perhatian dan keahlian Anda pada bisnis yang selama ini terlantar

Seorang leader saya di masa lampau pernah ajarkan saya tiga hal : (1) jangan letakkan semua telur di satu keranjang ; (2) musuh utama manusia siapkan masa depan adalah dirinya sendiri dan waktu yang tersedia, serta (3) sesuatu yang terlantar jauh lebih baik daripada sesuatu yang bahkan belum dimulai. Saya amat meresapi kebenaran dari ketiga nasehat tersebut.

Anda seorang profesional, itu satu fakta. Tapi bahwa Anda tidak tahu apa yang akan terjadi di masa mendatang, itu suatu fakta lain yang mutlak kebenarannya. Anda dituntut untuk tidak mempertaruhkan seluruh "telur" Anda di satu "keranjang" : karir Anda saat ini. Tidak sedikit dari kita yang mempersiapkan keranjang-keranjang baru untuk masa depan mereka. Karena tuntuan pekerjaan, menurut seorang pengamat bisnis, keranjang-keranjang ini 90% terlantar sebelum melalui tahun pertamanya dan dari 10% yang berlanjut hanya 2% yang mampu lampaui tahun kelima. Parahnya, pada akhirnya hanya kurang dari 1% yang bisa survive hingga sang inisiator pensiun. Ujung-ujungnya, 99% lebih hanya akan bergantung pada uang pensiun di masa tuanya.

Melihat paparan di atas, peminggiran kita dari arena karir bisa jadi suatu berkah untuk mencurahkan waktu, perhatian dan keahlian bisnis Anda pada suatu rintisan yang sudah Anda buat. Jika Anda belum lakukan apapun, maka ini lah waktu yang paling tepat untuk mulai bergerak dan luncurkan keranjang Anda sendiri.

4. Beri waktu untuk perluas wawasan, pergaulan dan jaringan profesional Anda

Homo Homini Socius. Ungkapan latin yang berarti 'manusia adalah makhluk sosial bagi manusia lainnya". Ini ungkapan klasik yang juga benar. Manusia yang normal, seberapapun introvertnya, akan cenderung aman dan nyaman berada di dekat kawanannya. Manusia yang menjadi kawanannya adalah manusia yang memiliki karakteristik yang membuatnya nyaman. Ini bisa berarti yang memiliki kesamaan sifat, pandangan, cara hidup, pikiran dan bahkan minat atau keahlian.

Waktu yang terampas oleh pekerjaan Anda selama ini menjadikan Anda mungkin memiliki kadar aktivitas sosial (bukan berarti ronda atau sedekah ya...) yang berkurang tanpa Anda sadari. Pada saat Anda terpinggirkan, maka tidak ada waktu yang lebih tepat lagi untuk mulai kembalikan keharusan satu ini : GAUL !

Yang harus dicermati adalah kita harus pandai memilih pergaulan yang positif, produktif dan konstruktif bagi diri kita. Pilih-pilih teman dan pergaulan tidak salah asalkan didasarkan pada kriteria yang benar. Jangan Anda bergaul sebatas untuk kongkow, curhat, keluh kesah, bersenang-senang dan tertawa bersama. Sebaliknya, arahkan aktivitas ini pada hal-hal yang memberikan akses bagi Anda ke peluang bisnis baru, peluang karir baru, pengetahuan dan wawasan baru serta ke pihak-pihak yang akan memberikan pengaruh positif dan konstruktif bagi diri Anda.

Ini semua tidak sulit koq.. Anda hanya perlu luangkan sedikit waktu dan jadwalkan di agenda Anda, mulai sibak buku telepon dan mulai hubungi rekan-rekan lama Anda untuk buat janji atau sekedar tegur sapa di telepon, dan yang terpenting tetapkan hal-hal yang ingin Anda capai dari aktivitas yang akan anda jalani tersebut.

Ingatlah (dan saya juga selalu ingatkan diri saya sendiri), bahkan matahari pun tidak selalu bersinar, karena adanya malam. Namun suatu keniscayaan bahwa matahari akan kembali terbit perlahan dan membumbung tinggi di keesokan harinya, lalu kembali tenggelam berganti malam. Keep trying and keep learning !

Selamat mencoba dan Semoga Sukses.

Follow us on twitter @katjoengkampret

No comments:

Post a Comment