Thursday, August 5, 2010
Kerusakan Fuel Pump dan Wacana Pembatasan BBM Bersubsidi ?
Akhir-akhir ini beredar keresahan mengenai kerusakan komponen 'fuel pump' di sejumlah kendaraan bermotor roda empat yang mengkonsumsi bahan bakar premium. Saya tidak tau persis penyebabnya, proses terjadinya kerusakan, apalagi cara memperbaikinya. Di sisi lain, saya pun juga tidak tau persis apa benar jumlah sekian ratus atau sekian ribu kendaraan yang rusak itu benar adanya dan apakah penyebabnya benar-benar terkait dengan bahan bakar yang dikonsumsi.
Saat ini ramai wacana rencana pemerintah melakukan pembatasan penggunaan premium (yang merupakan bahan bakar bersubsidi) dan mendorong masyarakat pengguna mobil pribadi (yang dipersepsikan sebagai masyarakat kelas menengah atas di Indonesia) mempergunakan bahan bakar non subsidi. Ada fakta lain bahwa pemerintah melalui Pertamina, memegang monopoli penjualan dan peredaran bahan bakar bersubsidi bernama Premium. Sementara, selain pemerintah (juga melalui Pertamina, dengan merek dagang Pertamax), asing juga memegang hak peredaran bahan bakar non subsidi. Sering terjadi diberitakan kelangkaan Pertamax, lah Premium saja suka seret pasokannya. Artinya ada pertanyaan soal kesiapan Pemerintah sediakan Pertamax bukan ?
Saya hanya mengkhawatirkan dua hal. Semoga saya salah dan teman-teman, baik sepakat atau tidak, bisa memberikan pencerahan disini.
Pertama, saya khawatir soal ada kaitan antara insiden-insiden tersebut dengan rencana pemerintah di atas. Pemerintah sering kali gagal melakukan conditioning dan akhirnya melakukan politik paksa atau politik bumi hangus. Sekarang pun masih belum beres soal Ledakan Elpiji. Dulu banyak pihak sampaikan, wacana pemassalan gas elpiji itu belum waktunya karena masalah daya beli, edukasi masyarakat dan kesanggupan pemerintah mengontrol masalah safety. Benar kan ? Menjelma bagaikan teroris dengan bom. Bedanya teroris hanya di spot-spot tertentu, ledakan elpiji bagaikan menyebar bom ke seluruh penjuru negara ke rumah-rumah rakyat yang umumnya rakyat kecil. Dan saya tidak melihat pemerintah bisa lakukan hal yang signifikan sejauh ini untuk kurangi kekhawatiran rakyat.
Atau memang psikologis rakyat yang sudah hidup susah tidak lagi penting bagi pemerintah ? Saya khawatir ada yang mengail di air keruh, dan menteror rakyat untuk memudahkan proses konversi ke BBM non subsidi tersebut. Sejujurnya kasus Ledakan Elpiji menjadi pijakan saya soal kemampuan pemerintah mengelola kebijakannya sendiri. Kita tahu dari aneka pengalaman selama ini betapa pemerintah Indonesia amat sulit untuk berpihak ke bangsa dan rakyatnya sendiri, dan amat mudah mengikuti kehendak pemodal asing sekalipun berpotensi menyengsarakan rakyat Indonesia. Dan, memang amat sulit menemukan pemimpin yang lurus dan amanah di negara ini, sehingga wajar saya khawatir akan terlindunginya kebijakan yang memihak rakyat.
Kedua, saya pribadi juga khawatir, amat khawatir malah, bahwa insiden tersebut terjadi dengan sengaja, siapapun pembuatnya, untuk memastikan orang menjadi takut mempergunakan Premium dan beralih dengan segera ke bahan bakar non subsidi yang dipasok perusahaan asing. Mengapa ? Karena pasokan Pertamax sendiri bisa dibilang terbatas.... Bayangkan keuntungan di depan mata saat memperoleh durian runtuh berupa "monopoli tidak sengaja". Orang takut pakai Premium, Pemerintah melalui Pertamina kewalahan melayani pasokan BBM non Subsidi, orang akan otomatis beralih ke pasokan asing. Kalau demikian, wajar Indonesia menjadi surga bagi pemodal asing.....
Sekali lagi, dengan semangat mencintai Indonesia negara kita tercinta, semoga kekhawatiran saya di atas salah dan tidak beralasan.
[masdewo@aol.com]
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment