Thursday, July 22, 2010

Wawancara Tidak Mutu


Kemplo. Makian ala jawa tengah itulah yang saya ingin ucapkan saat saya melakukan wawancara kerja beberapa hari lalu di suatu perusahaan berskala nasional. Ucapan itu ingin saya sampaikan pada dua orang yang mewawancarai saya, dari HRD dan dari direct user alias calon atasan saya. Sayang, nilai-nilai sopan santun yang saya anut melarang diri saya melakukan hal tersebut, sekalipun rasanya masih pantas mengingat kebohongan yang mereka sampaikan pada saya secara amat "telanjang".

Sedikit bertutur ke belakang, ini adalah suatu peluang untuk suatu posisi serupa dengan apa yang saya tempati saat ini, hanya saja di industri yang berbeda. Dan saya memperoleh peluang ini dari head hunter yang sudah sejak lama memiliki data saya sebagai salah satu membernya. Singkat kata saya tertarik dan memulai survey saya sebagai bagian dari persiapan saya. Biar tidak malu-maluin dooong, maklum posisi ini kan posisi untuk eksekutif.

Langkah pertama saya adalah mencari laporan keuangan yang bersangkutan. dan berhasi didapat dari arsip salah satu harian nasional tempat dimana mereka memuat laporan keuangan terakhir mereka beberapa bulan lalu. Kemudian saya mengontak dua rekan yang bekerja di sana dan sekedar tanyakan mengenai situasi kerja, leadership, orientasi bisnis dan chit chat ringan mengenai business plan mereka. Diperoleh jawaban yang menurut saya relatif komplet, tapi mulai memunculkan keraguan di diri saya. Terakhir, saya cari berita di internet mengenai perusahaan ini dan saya temui berita beberapa bulan lalu (duhhh kupernya saya....) bahwa perusahaan ini sedang dalam proses merger dengan perusahaan sejenis lainnya.

Saat wawancara perkenalan dengan HRD Head, saya berpikir ini adalah sesi perkenalan formal dan tidak akan berjalan seperti halnya suatu sesi wawancara rekrutmen staf. Dugaan saya salah. Si Ibu ini rupanya selain menanyai saya juga sibuk cas cis cus. Bukan hanya mengenalkan saya dengan perusahaan ini namun juga mengatakan perusahaan tersebut adalah perusahaan super hebat dengan menyebutkan aneka kelebihan dan kehebatan perusahaan tersebut. Saya diam saja dan menyimak, saat ditanya ingin bertanya apa, saya tanyakan mengenai profitabilitas. Dijawab, saya tidak tau persisnya tapi kami selalu untung. Saya lalu keluarkan print out dari laporan keuangan tersebut, dan cuma dijawab "pokoknya kami untung, bapak tidak akan rugi bergabung bersama kami". Lalu dia pergi. Sudah hampir pasti tidak diterima nih, pikir saya. Tapi saya cuek, mau tau aja ada atraksi apa lagi.

Berikutnya sang direktur yang menjadi user saya. Pendiam dan terpelajar (ya iyalaaaah) dan lebih elegan dalam melakukan wawancara. Tetapi sama, di akhir wawancara ia pun berpromosi mengenai perusahaannya. Saya sampaikan saya lakukan survey kecil mengenai perusahaan ini sebagai bagian dari persiapan saya. Saat dikonfrontir mengenai perusahaan yang terus merugi, merger serta rencana rasionalisasi perusahaan setelah merger, bapak direktur ini hanya menjawab sambil tersenyum "anda tentu tidak percaya koran begitu saja kan ?".

Sorry friend, tiga hari kemudian saya hanya bisa menjawab saat mereka minta saya datang untuk negosiasi gaji : "Maaf, saya tidak berminat untuk melanjutkan proses rekrutmen ini". Mau tau berapa penawaran awal mereka ? Sekitar 70% increase dari gaji pokok saya sekarang. Tetapi, siapa yang mau jamin saya tetap terima gaji itu tahun depan ? Tentu mengundang kecurigaan melihat betapa ngototnya kedua rekan tersebut berpromosi tentang perusahaan tersebut.

Pagi ini saya membaca di internet, sang direktur mengajukan pengunduran dirinya dan menunggu keputusan RUPSLB untuk mengesahkan proses pengunduran dirinya. Tuhan kembali melindungi hambaNya yang bekerja untuk rejeki yang halal.....

[masdewo@aol.com]

No comments:

Post a Comment