Thursday, July 29, 2010

Married with the Company

Dalam bahasa Indonesia terjemahan bebas dari judul di atas bisa tiga. Satu, menikah dengan perusahaan. Dua, menikah dengan kawan atau mitra. Tiga, menikah dengan warga satu kompi. Alamak! Tidak ada definisi yang berkenan ya? Tapi yang hendak saya jadikan kajian di tulisan kali ini adalah terjemahan pertama saja ya?

Semalam, saya diberi manfaat dari panjang umur dan lapang rejeki : kesempatan bersilaturahmi. Saya diperkenankan oleh Sang Maha Kuasa untuk bersua, bercengkrama dan melepas rindu dengan sejumlah kawan dari masa lalu saya. Sepuluh tahun kami terpisah, setelah bekerja dan habiskan hari demi hari kami bersama-sama selama sekian tahun.

Sedikit latar belakang, dua belas tahun lalu, perusahaan saya menempatkan saya di suatu kota. Saya bertahan di kota tersebut hingga dua tahun sampai saya "dipaksa" pindah, karena perusahaan saya dilikuidasi melalui merger paksa. Kenyataannya, sayalah orang terakhir di kantor itu.

Genap sepuluh tahun lalu, saya kenakan pakaian kerja dan lencana saya terakhir kalinya, antarkan laporan pertanggungjawaban likuidasi kantor cabang kami ke Kantor Pusat di Jakarta. Pulang kampung sebagai orang yang kalah, itulah yang terjadi pada saya sepuluh tahun lalu. Tapi setidaknya, saya masih tegak dan berani ambil tanggung jawab itu, tak satupun dari "warga asli" kantor cabang itu yang bersedia dan mampu untuk selesaikan tugas terakhir itu.

Mereka, dan juga nyaris seluruh isi perusahaan tersebut dari tingkat terbawah hingga puncak, telah menikahi perusahaan tersebut. Perusahaan kami demikian perkasa di masanya, dimiliki oleh orang terkuat di republik ini, dan dikelola oleh orang-orang kepercayaannya yang tak kurang berkuasanya. Tidak satupun dari orang di negara ini pernah bayangkan perusahaan ini ditutup.
Fasilitas dan gaji kami jauh di atas market value, apalagi saat itu tengah krisis ekonomi. Nyaris semua dari kami memperoleh rumah, kendaraan, tabungan, biaya menyekolahkan anak, bahkan pasangan hidup dari perusahaan tersebut. Hari sabtu dan minggu pun rutin diisi aktivitas bersama karyawan dan keluarganya. Tutupnya perusahaan tersebut bukan hanya redup atau matinya lampu rejeki kami, namun bagi sebagian besar dari kami juga berakhirnya sebagian besar dari "content" hidup kami.

Setelah itu pertukaran cerita, kabar dan silaturahmi kami dipenuhi berbagai cerita getir dan keprihatinan, hingga hari ini. Satu dua keberhasilan segelintir dari kami menjadi bumbu penyedap rasa dari masakan kehidupan kami yang sudah terlanjur tawar bahkan pahit.

Sejumlah rekan-rekan tersebut semakin hancur karena tidak pernah lagi menjumpai perusahaan seperti perusahaan kami. Realita menjadi terlalu sulit untuk diterima sekalipun nyata. First love never die, sebagian dari kami alami itu, bukan dengan lawan jenis, tetapi dengan perusahaan. Kami semua menikahi perusahaan kami. Dan sungguh fatal akibatnya. Kami tidak pernah siap saat yang kami nikahi tersebut tewas atau terpaksa diceraikan dari kehidupan kami.

Kembali ke pertemuan semalam, rekan-rekan akhirnya akui, saya selamat karena saya tidak pernah bersedia menikah dengan perusahaan kami. Saya bersedia pulang sebagai orang yang kalah, menerima kenyataan, dan berbalik badan mencari arah baru untuk diperjuangkan. Saya tidak punya banyak pilihan, dan saya baru pada taraf mencintai, belum sampai menikahi perusahaan saya.

Dan semua yang saya lakukan itu harus dilalui sendiri karena memang lagi-lagi tidak punya banyak pilihan. Syukurlah saya selalu ditemani doa dan harapan dari orang-orang terkasih saya serta jutaan berkah dan perlindungan dari Sang Maha Kuasa yang amat mengasihi saya.

Saya kembali mendengar aneka cerita getir semalam. Dan saya hanya bisa panjatkan doa agar Allah Sang Maha Kuasa pelindung saya juga turunkan berkah dan perlindunganNya kepada saudara-saudara saya yang masih berjuang lepas dari luka batin karena kejadian sepuluh tahun lalu.

Di akhir tulisan ini, akhirnya saya pun tak sanggup menahan diri saya untuk tidak menyebut nama cinta pertama saya tersebut yang akan berulang tahun bulan depan.

In Memoriam dan Selamat Ulang Tahun Bank Duta !

[masdewo@aol.com]
"love the country, just hate the leaders and the politicians"

No comments:

Post a Comment